Kejadiannya sudah hampir 2 pekan ini, berawal dari sebuah bel yang baru saya dapatkan. Hadiah dari saudara, yang telah dibelinya secara daring. Kebetulan sekali bel di rumah tidak dapat digunakan lagi (tidak bunyi). Entah karena rusak atau hanya habis baterai. Intinya saya belum sempat cek apa penyebab belnya tidak bunyi, apalagi membeli bel baru sebagai penggantinya. Alhamdulillah, dapat hadiah bel.
Anak-anak lah yang lebih heboh, meminta bel segera diganti dengan yang baru. Saya pun setuju untuk mengganti bel yang ada dengan yang baru. Kakak yang membuka kemasan bel dan mulai memasang baterainya. Sementara Dedek mulai pencat pencet memilih bunyi yang akan didengar tiap kali tombol bel dipencet. Eyang yang sejak awal mengetahui kami sedang menyiapkan bel baru, akhirnya ikut berkomentar juga. Beliau menyarankan bunyi belnya yang salam saja. Akhirnya kami pun memilih nada belnya yang berbunyi “Assalamu’alaikum”.
Beres dengan pemasangan baterai dan pemilihan bunyi bel. Kakak menawarkan diri untuk menempelkan remot di bagian coakan tembok luar garasi (dekat pintu pagar). Diikuti oleh Dedeknya, mereka berdua semangat menuju garasi. Tidak lama terdengar bunyi salam yang keluar dari bel yang remotnya dipencet sebagai percobaan. Tanda remot sudah terpasang, tapi dugaan saya tersebut ternyata salah. Karena Kakak tiba-tiba memberitahukan, kalau remot yang lama masih bisa digunakan. Kok bisa ya, beda merek dan bentuk tapi nyambung sinyalnya, pikir saya dalam hati.
Tidak ambil pusing, saya meminta Kakak untuk memasang kembali remot tersebut. Maksudnya remot yang baru untuk dipasang, tapi dalam pikirannya memasang remot yang lama saja. “Yah, sudah tidak bisa Bun, ni sudah Kak lepas,” ucap Nona Kecil itu sambil nyengir. “Kakak taruh di dalam kotaknya saja ya Bun,” timpalnya lagi. “Memang bisa? Kan tidak muat.” Tanya saya. “Bisa kok Bun, muat. Kan ditaruh miring.” Kakak menerangkan. Saya pun percaya saja dan tidak mengecek hasilnya. Alhamdulillah, selesai dan bel bisa bunyi lagi.
Ternyata kejadian bel baru rasa lama tersebut, menjadi panjang ceritanya. Lumayan juga bisa jadi 2 atau 3 tulisan. Silakan diklik saja kalau ingin membaca ceritanya di hentikan keisengan dan remot belnya dikembalikan.☺️.
Remot bel yang baru dipasang hari Ahad, ternyata keesokan harinya hilang. Iya, anda tidak salah baca benar remot belnya hilang. Jangan heran ya 😅, ternyata remot bel bisa hilang, walau sering dianggap bukan barang berharga. Yang jadi pertanyaannya, siapa yang mau mengambil sebuah remot bel? Tentunya yang melakukannya adalah orang iseng.
Kecurigaan kami tertuju kepada anak-anak iseng yang lewat di depan rumah. Remot bel itu diambil bukan karena barang berharga. Tapi lebih kepada iseng, jadi bisa memencet dan membunyikan bel secara terus menerus sebagai kesenangan. Kebetulan remot itu tidak menempel di tembok, karena lem double tapenya sudah tidak berfungsi. Hanya diletakkan di bagian tembok yang coak. Jadi mudah untuk diambil oleh siapapun orangnya yang ingin iseng.
Kejadian remot bel hilang tentu saja di siang hari, bertepatan dengan waktunya anak-anak sekolah mulai pulang. Kebetulan, jalan depan rumah setiap (siang) harinya dilalui oleh lalu lalang anak-anak sekolah. Yang jalan kaki dari sekolahnya menuju rumah tempat tinggalnya. Baik secara rombongan (lebih dari 3 anak) maupun sendiri. Senin siang itu, terdengar khas bunyi salam yang berasal dari bel yang dipencet. Kami penghuni rumah yang sudah terbiasa menghadapi “serbuan bunyi bel”, jadi tidak langsung bereaksi.
Saking seringnya diisengi dengan bunyi bel dari anak iseng. Kami pun jadi terbiasa tidak langsung membukakan pintu. Cukup mengintip dari jendela terlebih dulu. Untuk memastikan apakah benar bel yang bunyi dipencet oleh tamu. Atau hanya pencetan dari anak-anak iseng (baik yang pulang sekolah atau bukan). Mungkin anda yang memasang bel di rumah pernah merasakan hal yang sama dengan kami, yuk berbagi pengalaman di kolom komentar.
Kali ini pun sama, bel dipencet oleh anak-anak yang baru pulang sekolah dan iseng. Karena hanya sekali saja dipencetnya dan/atau tidak diikuti oleh salam/panggilan dari suara asli tamu. Ya sudah, kami pun biasa saja dan mengabaikan bunyi bel itu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Namun ternyata, peristiwa kali ini tidak biasa saja. Bel masih berbunyi hingga beberapa kali. Ibu yang ada di rumah, segera keluar untuk mengecek. Ternyata tidak ada orang di luar pagar. Anehnya bel masih berbunyi. Secara reflek Ibu melihat ke tembok tempat remot bel diletakkan di dalam coakan tembok. Saat itulah, Ibu tersadar kalau remot belnya sudah tidak ada di tempatnya. Dengan kata lain remot belnya hilang.
Sebenarnya ini masalah remeh temeh soal keisengan pencet bel di rumah orang. Tidak ada kerugian materi yang menimpa kepada pemilik rumah yang dipasangi bel. Hanya mungkin rasa kesal yang timbul tiap kali bel berbunyi, namun tidak ada tamu sesungguhnya yang ingin bertamu dan memiliki kepentingan dengan penghuni rumah.
Menurut saya, keisengan anak-anak kali ini sedikit berbeda, ada kerugian materi–walau tidak seberapa nilainya–yang harus ditanggung oleh kami pemilik rumah. Sebab ada barang yang hilang, yaitu remot bel yang diambil dan digunakan berkali-kali untuk melakukan keisengan. Kami pemilik rumah sudah kehilangan perangkat, masih pula harus mendengarkan bunyi bel iseng setiap siang hari. Akhirnya rasa kesal timbul dengan sendirinya tanpa bisa dicegah dan ingin sekali memberi pelajaran ke anak-anak itu.
Namun belum menemukan cara bagaimana memberi pelajaran kepada mereka. Kami pun menerima saja keisengan anak-anak yang memencet bel tanpa bisa melakukan apa-apa. Peristiwa ini berlangsung sampai hampir 2 pekan. Hingga satu hari tepatnya di hari Rabu, saya menemukan caranya. Untuk menghentikan keisengan sekaligus memberi pelajaran kepada anak-anak sekolah itu. Karena saya mengambil tanggung jawab untuk berkontribusi ikut memperbaiki sebuah keburukan. Anda bisa membacanya di tautan ini.
Pembaruan:
Dalam tulisan di atas terdapat kalimat: Kok bisa ya, beda merek dan bentuk tapi nyambung sinyalnya, pikir saya dalam hati. Ternyata memang bisa, ini saya ketahui setelah mendapat cerita di hari Ahad, 4 Juni 2023. Sebuah pengalaman teman suami (sebut saja namanya Joni), yang pernah ingin berkunjung ke rumah kami beberapa waktu lalu. Kebetulan Joni pernah ditegur oleh tetangga depan rumah saya, soal bel. Ceritanya begini:
Suatu hari Joni memencet remot bel saat ingin berkunjung ke rumah kami. Tapi bel tidak bunyi. Ia pun mengulanginya berkali-kali, tapi tidak ada satu pun dari kami yang keluar untuk membukakan pintu. Malah yang keluar adalah Ibu pemilik rumah depan dan langsung bertanya ke Joni, “Bapak barusan mencet bel di mana?” Dijawab kalau bel yang dipencet ditujukan ke rumah kami. Si Ibu tetangga depan rumah menerangkan, kalau yang bunyi adalah bel di rumahnya. Joni pun disuruh mencoba memencet kembali bel yang ada di rumah kami dan ternyata benar adanya. Yang bunyi malah bel di rumah tetangga depan rumah.
Dari cerita tersebut saya jadi tahu, kalau memang benar belnya bisa bunyi dari remot yang berbeda. Tapi belum menemukan jawabannya kenapa bisa begitu. Apakah remot bisa mengalami gangguan sinyal antar perangkat bel yang berada di area di dekatnya atau bagaimana?