Kalau ada keburukan atau hal yang tidak pada tempatnya. Sesungguhnya tanggung jawab kita bersama untuk memperbaikinya. Tidak peduli apapun posisi kita. Sudah jelas, sekecil apapun upaya yang dilakukan dalam berkontribusi melakukan perbaikan tersebut, pasti akan berbuah kebaikan pula.
Iseng
Keburukan bisa dalam bentuk bermacam-macam. Pun tidak terbatas ruang dan waktu, maksudnya bisa dilakukan secara daring maupun luring. Salah satu bentuk keburukan, yang ingin saya tulis kali ini adalah perilaku iseng. Anda bisa mengecek sendiri arti kata iseng di KBBI daring. Sementara kalau saya terjemahkan sendiri secara bebas, kata iseng tersebut. Arti kata iseng adalah mengerjakan sesuatu untuk mengisi waktu supaya jangan nganggur. Dengan tujuan tidak bersungguh-sungguh, sekedar main-main bahkan mengganggu.
Memang betul, tidak semua keisengan dapat dinilai sebagai keburukan. Karena banyak hal yang dimulai dari iseng-iseng, tapi bisa memberikan hasil kebaikan. Bahkan bermanfaat bagi banyak orang. Postingan ini, menuliskan tentang iseng berdasarkan dari terjemahan bebas yang saya buat. Di mana memiliki arti yang negatif, yaitu perilaku mengganggu orang lain.
Keisengan Bisa Berbuah Petaka
Perilaku iseng bisa menghinggapi siapa saja. Tidak peduli apakah anak-anak atau orang dewasa. Bentuk keisengan bisa apa saja dan dilakukannya pun tidak terbatas ruang dan waktu. Seperti diketahui bersama, dari sebuah keisengan bisa berbuah petaka. Apa saja petakanya? Macam-macam bentuknya, mulai dari yang teringan yaitu diomeli dan dicap tidak baik. Sampai dengan yang terberat yakni dilaporkan kepada pihak yang berwenang, seperti pihak sekolah, RT, RW, atau kepolisian. Tergantung dari tingkat keisengan dan akibat yang ditimbulkannya.
Belum lagi kalau ada bahaya yang mengikuti ataupun kerugian yang menimpa. Baik dari sisi materi maupun non materi. Tidak enaknya lagi, petaka tersebut akan menimpa tidak hanya si pelaku iseng. Tapi juga bisa menimpa orang yang diisengi ataupun orang lain yang berada di sekitarnya. Jadi jangan pernah meremehkan sebuah perilaku iseng. Bila anda melihat ada orang yang berperilaku iseng, sebaiknya lakukan sesuatu. Jangan dianggap remeh dan lucu-lucuan saja. Supaya keisengan tersebut tidak menjadi berlarut-larut hingga menjadi kebiasaan dan akhirnya tertanam kuat menjadi sebuah karakter.
Saya ambil contoh keisengan yang dilakukan oleh anak-anak. Terhadap remot bel di rumah. Anda bisa membacanya di tulisan berjudul remot belnya hilang. Atau bisa baca juga yang ini remot belnya dikembalikan.
Menurut saya, keisengan anak-anak kali ini sedikit berbeda. Awalnya hanya soal pencat pencet bel di rumah orang. Jadi melebar bisa dikatakan sebagai tindakan pencurian di rumah orang. Tidak peduli barang yang diambil berharga atau tidak, yang jelas tindakan mengambil barang tanpa izin dari pemiliknya sudah dianggap sebagai pencuri. Karena telah timbul kerugian materi–walau tidak seberapa nilainya–yang harus ditanggung oleh pemilik rumah. Di mana ada barang yang hilang. Yaitu remot yang diambil dan digunakan berkali-kali untuk melakukan keisengan. Kami pemilik rumah sudah kehilangan perangkat, masih pula harus mendengarkan bunyi bel iseng setiap siang hari. Akhirnya rasa kesal timbul dengan sendirinya tanpa bisa dicegah. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa.
Ceritanya terjadi tepatnya di hari Selasa, 30 Mei 2023 lalu. Kebetulan saya ada di rumah, siang hari itu. Adzan Dzuhur telah berlalu beberapa menit. Saya pun belum beranjak dari depan laptop, karena masih tanggung mengerjakan sesuatu. Sampai terdengar satu kali bunyi salam, dengan suara khas berasal dari bel. Saya masih belum bereaksi, karena belum ingat kalau remot belnya hilang. Setelah terdengar salam kedua, baru memicu ingatan tersebut. Yang awalnya tidak peduli dengan keisengan anak-anak pencet bel. Jadi penasaran dan ingin melihat siapa anak-anak yang melakukan keisengan tersebut.
Saya pun bergegas, berlari keluar kamar menuju mushola. Untuk mengintip dari jendela, siapa yang baru saja memencet bel. Dugaan kami sebelumnya tidak meleset sedikit pun. Terbukti sudah, kalau yang mengambil remot adalah rombongan anak-anak sekolah. Terlihat dengan jelas warna dan bentuk remot bel kami yang hilang. Sekarang sedang dipegang oleh salah satu anak. Dengan santainya anak itu pencet remote nya berkali-kali. Bahkan sebelum berada di depan rumah sudah mulai pencat pencet. Sambil jalan dan diselingi ngobrol, remot dipencet oleh anak itu.
Saya hanya bisa mengintip dari jendela atas. Bingung harus berbuat apa. Karena saat itu posisi saya di atas dan belum menggunakan pakaian lengkap. Kalau ingin mengejar rombongan anak-anak itu, berarti harus menggunakan pakaian lengkap dengan jilbab dulu atau untuk mudahnya menggunakan mukena. Membutuhkan waktu beberapa menit. Belum lagi untuk turun ke bawah, membuka pintu, dan membuka pagar. Jelas tidak akan kekejar.
Anak-anak itu masih menggunakan seragam batiknya. Sepertinya saya mengenali, sekolah mana yang menggunakan seragam tersebut. Saya pun tenang dan mulai merencanakan untuk mencegat rombongan anak-anak sekolah itu keesokan harinya. Di waktu yang sama, yaitu jam 12.32 WIB. Selesai wudhu dan mulai menggunakan mukena, terdengar ada suara obrolan khas anak-anak sekolah. Saya pun mengintip lagi dari jendela untuk memastikan. Ketika terlihat ada 2 anak sekolah yang menggunakan seragam batik yang sama dengan rombongan sebelumnya. Karena kali ini saya telah menggunakan mukena, langsung saya menuju balkon dan mulai memanggil mereka. Tujuannya untuk menanyakan mengenai seragam batik yang mereka kenakan. Apakah benar merupakan seragam dari SMPN di RW tetangga? Jawabannya seperti yang saya duga.
Selesai sholat Dzuhur, muncul ide untuk memberikan pelajaran agar anak-anak itu tidak iseng memainkan bel di rumah mana pun. Yaitu menceritakan ke sekolah untuk kemudian minta dicarikan solusi oleh pihak yang berwenang di sekolah tersebut. Siang hari itu juga, saya mengambil tanggung jawab untuk menghentikan keisengan (keburukan). Supaya anak-anak itu jera dan tidak akan mengulanginya lagi. Ayo hentikan keisengan sebelum berubah jadi petaka.
Sesampainya di sekolah, saya ditemui oleh Ibu Wakil Kepala Sekolah. Karena kebetulan Kepala Sekolahnya sedang rapat. Di ruang Wakil Kepala Sekolah dari SMPN tersebut, saya pun menceritakan kronologis kejadiannya. Dari awal hingga akhir. Bukti yang saya miliki hanya berupa cerita saat memergoki anak-anak pencet bel menggunakan remot. Maka sebagai penguat cerita, perangkat bel yang ada di rumah pun ditunjukkan ke hadapan Ibu Wakil Kepala Sekolah.
Alhamdulillah, kedatangan dan cerita saya soal keisengan anak-anak didik dari SMPN tersebut diterima dan ditanggapi dengan baik. Bahkan Ibu Wakil Kepala Sekolah berjanji akan melakukan tindakan secepatnya. Saya pun menyerahkan segalanya kepada pihak berwenang di sekolah. Tugas saya sebagai masyarakat dan juga sesama orang tua telah selesai. Dalam rangka memberikan pendidikan kepada anak-anak yang merupakan generasi penerus negeri ini.
Ada hikmah dan pelajaran luar biasa yang bisa saya ambil. Dari kejadian remot yang hilang, yang merupakan bentuk dari perilaku buruk (keisengan). Kita harus segera melakukan tindakan supaya perilaku iseng tidak menjadi sebuah karakter, antara lain:
- Jangan pernah mendiamkan dan menganggap sepele sebuah keisengan
- Segera beri teguran kepada yang melakukan iseng. Ada contoh kasus yang mirip soal keisengan pencet bel. Pernah juga dialami oleh tetangga depan rumah saya. Si pelaku iseng, segera dikejar dan ditangkap oleh pemilik rumah. Untuk kemudian difoto untuk bukti, ditegur, dan diancam akan dilaporkan 🤭
- Kerja sama dan minta bantuan dari pihak yang berwenang bila dibutuhkan.