Namanya juga hubungan di dunia maya. Sudah pasti tidak bisa saling melihat. Tentu saja harus sangat hati-hati, terlebih bila ingin melakukan transaksi. Berada di dunia maya, wajib nih memiliki literasi digital mengenal modus operasi tipu-tipu.
Seperti sudah diketahui bersama, dunia maya selalu menarik. Tidak jarang membuat orang terpedaya. Baik untuk melakukan keburukan. Maupun menjadi korban dari tipu muslihat. Karenanya perlu kewaspadaan tinggi bila berada di dalamnya.
Literasi Digital: Mengenal Modus Operasi Tipu-Tipu
Berada di dalam dunia maya, tidak hanya soal hubungan pertemanan. Melainkan juga saat belanja daring. Oleh karena itu lengkapi diri dengan literasi digital. Agar selalu aman dan tidak terpedaya oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Calon Korban
Berawal dari berselancar di media sosial, melihat konten yang menarik. Tidak sadar kalau sudah menjadi kecanduan. Tidak sadar pula kalau sudah terpengaruh. Menganggap si pembuat konten dapat dipercaya bagai “orang suci” nan baik hati.
Disinilah seseorang sudah dapat dianggap sebagai calon korban. Apabila kasusnya adalah penipuan jual beli. Karena sudah ada rasa percaya kepada pembuat konten. Hanya dari melihat konten yang ada. Terlebih bila sudah ada niat ingin membeli.
Niat membeli bisa jadi karena memang butuh. Makanya berselancar di dunia maya. Atau karena sudah terpedaya oleh konten-konten yang ada. Keinginan kemudian berubah menjadi nafsu. Hingga akhirnya hilang kewaspadaan.
Dalam literasi digital, diharapkan semua orang yang berada di dunia maya. Dapat mengenal modus operasi tipu-tipu. Yang dilakukan oleh para oknum atau sindikat penipu. Bisa menipu dalam hal transaksi jual beli. Atau tindakan penipuan lainnya.
Salah satunya penipuan hati, ea ea. Di dunia maya apapun dapat terjadi. Sudah punya banyak anak, tapi mengaku bujangan. Atau penipuan lainnya, sudah hati juga harta benda. Begitulah, aneka macam jenis penipuan dapat terjadi.
Diharapkan dengan memiliki literasi digital. Dapat terhindar dari bahaya dan bencana yang tidak diinginkan, apapun bentuknya. Salah satu bentuk literasi digital adalah mengenal modus operasi tipu-tipu. Yang sering terjadi di dunia digital, antara lain:
Menggunakan Profil Meyakinkan
Para oknum tipu-tipu, biasanya melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Mulai dari pasang foto profil yang meyakinkan. Hingga membuat konten-konten yang menarik. Profil tentu saja berupa foto yang sangat meyakinkan.
Penampilan rapi dengan busana yang bagus. Biasanya foto yang digunakan pun aspal. Bukan foto dirinya sendiri, melainkan milik orang lain. Bisa jadi ambil foto yang bertebaran di internet. Baik menggunakan foto seorang pria maupun wanita.
Selain foto profil yang meyakinkan, para oknum penipu. Tidak segan untuk mencatut nama orang. Baik yang terkenal maupun yang tidak. Bisa pula menggunakan aneka titel pendidikan maupun kehormatan.
Konten yang Menarik
Seperti sudah dituliskan di atas. Para oknum jahat memulai operasinya. Diawali dari membuat konten yang menarik di media sosial. Untuk memperdaya calon korbannya. Tidak peduli anak-anak atau orang dewasa, berpendidikan tinggi atau rendah.
Akan sangat mudah terpengaruh bila sering melihat konten yang menarik. Sesuai dengan minat, kesukaan, dan hobinya. Memang tidak secara langsung melainkan secara halus. Para oknum tersebut melancarkan aksinya.
Kejadian tipu-tipu dapat terjadi langsung melalui media sosial tersebut. Atau di luar, menggunakan aplikasi lanjutan. Sebab para oknum pun tidak ingin akun media sosialnya. Dicurigai oleh pengikutnya yang akan menjadi calon korban berikutnya.
Aplikasi Percakapan
Dari media sosial kemudian berlanjut ke aplikasi percakapan. Untuk mengecoh atau menghilangkan jejak operasi tipu-tipu, yang dilancarkan. Biasanya proses transaksi akan diselesaikan melalui aplikasi percakapan ini.
Tentunya setelah ada percakapan bertujuan membujuk dan merayu. Disertai dengan bukti dan testimoni aspal. Sengaja dibuat untuk meyakinkan calon korban. Namun semuanya adalah palsu, karena tidak sesuai dengan kenyataan.
Setelah dapat diperdaya dengan berhasil mendapatkan transferan. Barulah oknum penipu akan menghilangkan jejaknya. Dengan tidak menjawab percakapan di aplikasi. Bahkan tidak akan mengangkat telepon saat dihubungi.
Bahkan bisa jadi nomor ponsel yang digunakan. Untuk penipuan akan dibuang, tidak digunakan sementara waktu. Atau malah menggantinya dengan nomor baru. Sebagai cara menghilangkan jejak dan mengecoh calon korban lainnya.
Pembatalan Transaksi Sepihak
Walau sudah menerapkan kehati-hatian saat belanja daring. Tapi ada saja celah yang digunakan oleh oknum penipu. Mereka memanfaatkan keluguan dan kebaikhatian masyarakat Indonesia.
Celah tersebut masih bisa terjadi walau konsumen melakukan transaksi di lokapasar. Jelas-jelas di lokapasar sudah ada operator yang mengawasi dan ada peraturannya. Tetap saja para pelaku tipu-tipu dapat mengelabui. Beberapa orang konsumennya.
Mereka melakukan pembatalan transaksi secara sepihak. Dengan alasan barang sudah habis atau masih dalam antrean pengiriman. Bahkan oknum tersebut berani menghubungi calon korbannya menggunakan telepon. Menyebutkan kendala yang dihadapi.
Agar kendala dapat diatasi maka calon korban dipandu. Mengikuti arahan dari oknum untuk mengklik sejumlah tombol. Yang memang sudah ada di dalam aplikasi. Namun dibuat membingungkan.
Bila calon korban tidak teliti dan waspada, maka akan benar-benar menjadi korban. Karena memang tipis sekali perbedaannya. Bila mengikuti arahan dan panduan dari oknum penipu. Maka uang akan segera ditransfer ke oknum penjual. Namun barang akan tidak dikirim.
Celah tersebut akan sangat sulit diwaspadai oleh calon korban. Bila tidak waspada atau dalam kondisi yang tidak fokus. Karenanya, bila mendapat pesan tertulis melalui aplikasi atau ditelepon. Oleh yang mengaku penjual dari lokapasar. Harus mengaktifkan mode waspada.
Pentingnya literasi digital mengenal modus operasi tipu-tipu. Sehingga tidak ada lagi korban yang berjatuhan. Saat berada di dunia maya, baik saat di media sosial. Maupun di aplikasi percakapan atau di aplikasi lokapasar.
Yuk berbagi cerita di kolom komentar. Siapa tahu ada yang memiliki pengalaman yang sama atau berbeda. Sambil jangan lupa untuk terus menantikan tulisan tentang literasi digital lainnya.
22 Tanggapan
Aku biasa bertransaksi di aplikasi belanja resmi agar terlindungi. Kadang beli ke personal tapi yang beneran kenal. Alhamdulillah aman, belum pernah kena tipu, semoga tidak pernah ya..
Setuju jika literasi digital mengenal modus operasi tipu-tipu itu perlu, agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan baik di dunia maya maupun di media sosial
Kalau belanja online, saya biasanya lebih ke marketplace terpecaya ketimbang sosmed. Paling enggak uang ditransfer ke pihak ketiga kalau barang aman baru dikirim ke penjual. Jarang banget transaksi dari situs atau medsos jual beli.
Tante saya pernah ketipu 8x dari beli barang di medsos. Udah transfer barang ga dikirim trus nomornya diblok.
Jadi inget jaman dulu yang sedang marak aksi tipu2 dengan mengabarkan salah satu anggota keluarga kita sedang mengalami kecelakaan atau ditangkap polisi sehingga harus menyerahkan sejumlah dana…tapi alhamdulillah nya kita tidak pernah mengikutinya otomatis langsung ditutup aja telpon nya..dan orang tua juga harus banget diinfo agar beliau juga tidak terjepak penipuan tersebut
Semakin canggihnya teknologi juga semakin mudahnya muncul oknum-oknum yang meresahkan. Kalo dulu cuma dikirim SMS random, sekarang bnyk cara. Bahkan itu tadi ya klo tanpa literasi, tanpa sadar kita sendiri bisa yang pertama menghubungi. Perlu benar2 teliti
Iya nih harus kudu waspada dan berhati-hati, sekarang kalau nomor telpon ngak dikenal atau WA dari orang yang ngak jelas hanya bilang halo, biasanya aku skip. Tapi susah kalau orangtua, soalnya kurang memahami dan karena itu sering dijadikan target, sepertinya memang harus ada edukasi ekstra bagi orangtua terutama untuk urusan literasi digital.
Transaksi digital sekarang semakin mudah dan gampang. Efeknya kadang kita jadi terlena dan kurang waspada. Apa lagi kalau udah berkaitan dengan belanja – belanja yang di iming imingi harga murah, kewaspadaan jadi menurun drastis.
Makin ke sini cara tipu orang tuh macem-macem dan semakin canggih..kalo kita nggak tau dan nggak banyak cari tau, bisa aja jadi korbannya. Semoga kita semakin bijak dan dijauhi dari orang-orang jahat
Kalau belanja online, saya biasanya lebih ke marketplace terpecaya ketimbang sosmed. Paling enggak uang ditransfer ke pihak ketiga kalau barang aman baru dikirim ke penjual. Jarang banget transaksi dari situs atau medsos jual beli.
Tante saya pernah ketipu 8x dari beli barang di medsos. Udah transfer barang ga dikirim trus nomornya diblok.
Yah walaupun itu transaksinya sekitar 100 ribuan tapi kalo dikali 8 kan ya lumayan yaaa.
Kudu aware sih kalau di internet. Kudu jaga identitas dan data pribadi juga. Jangan oversharing.
Saya juga kalau mau belanja online di tempat yang terpercaya bukan di tempat abal-abal
Miris kok saat ini semakin banyak saja penipuan di dunia maya, dunia tipu-tipu ini harus diwaspadai agar tidak terjebak di dalamnya
Modusnya halus banget, menggiring korban sampai tidak bisa berkutik dan mengiyakan maunya, dan wasalam deh uang melayang
Wah iyaaa….
Memainkan kondisi psikologis seseorang adalah strategi efektif untuk melakukan penipuan.
Media sosial sekarang meski bisa dijadikan pertimbangan tapi tetap harus waspada ya kak..
Kalo belanja online sih aku selalu cari yang official atau emang udah bener2 kenal sama penjualnyaa hehe jadi ngga khawatir jugaa sih.
Sekarang lagi marak, yang menawarkan tentang penjualan produk digital dengan iming-iming keuntungan yang luar biasa. Testimoninya juga meyakinkan banget. Tetapi saya enggak pernah tertarik kalau begitu menguntungkan kenapa dia enggak jual sendiri aja ya….
Harus selalu waspasa kalau jual beli online, sebaiknya di marketplace terpercaya. Sekarang banyak juga kasus akun tokoh di hack terus pasang iklan jualan, taunya penipuan.
Pernah jadi saksi bagaimana temanku begitu terperdaya dengan penipuan online ini. Udah diingatkan untuk hati-hati tapi temenku ini kaya ga sadar aja dan main transaksi, tersadar setelah kita maki-maki dan disuruh wudhu sama kita. Tipu dayanya luar biasa sekali ya
Kalau soal jual beli online, emang lebih aman jangan transaksi langsung si. Mungkin lebih baik menggunakan marketplace pihak ke-3. Jadi ada yang menangani jika terjadi masalah atau penipuan. Meski kadang penipu juga nyusup ke marketplace, tapi setidaknya dapat diminimalkan.
sekarang banyak banget euy cara orang menipu ini mulai dari aplikasi, whatsapp dan lainnya. semoga aja sih kita bisa lebih berhati-hati agar tidak tertipu berbagai modus penipuan ini
saat ini penipu semakin canggih ya, caranya pun semakin halus. Kitanya yang harus selalu waspada
Masyarakat Indonesia wajib banget baca ini, biar nggak terlalu lugu sama penipu, sering banget liat orang-orang tertipu bahkan hingga ratusan juta, hiks.
Ini belum termasuk yang ketipu karena asal ngeklik, atau semacamnya, sedih sih
Zaman serba cangih ini, apapun bisa menjadi celah untuk jadi korban penipuan. Hati-hati, lebih jeli dan teliti ya.
belanja onlen di luar e-commerce official ini emang kudu waspada dan nyalakan intuisi ya, Kak. Tapi aku lebih memilih aman belanja ke toko oren atau ijo yang toko resmi sih
Semakin canggih terknologi maka semakin pintar saja penipu menjalankan aksinya.
So, harus tetap waspada dan banyak belajar dari pengalaman orang lain sehingga tidak sampai tertipu