Kondisi Perkeretaapian Indonesia

Kondisi perkeretaapian Indonesia

Daftar Isi

Baiklah saya ceritakan sedikit kondisi perkeretaapian Indonesia, sebelum direformasi. Bagai bumi dan langit bila membandingkannya dengan kondisi sekarang. Kita mulai dari mana ya? Saking amburadulnya, jadi bingung mana yang mau dituliskan lebih dulu. Baiklah kita mulai dari membeli tiket kereta apinya saja. Postingan ini hanya khusus untuk kereta api jarak jauh di pulau Jawa, sesuai dengan apa yang pernah saya alami sendiri. Untuk kondisi kereta listrik yang sekarang berubah namanya menjadi commuter line, akan dituliskan di postingan yang berbeda.

Tidak Pakai Aplikasi Tiket Bebas Dibeli

Bisa dibeli kapan saja dan belum pakai aplikasi seperti sekarang. Bahkan konsumen membeli tiket tanpa mendapatkan jatah kursi. Jadi mereka harus rela duduk di sepanjang lorong kereta. Bisa lesehan, tiduran, atau nempel di sandaran tangan kursi. Akibatnya penumpang yang membeli tiket dengan jatah kursi merasa dirugikan. Karena duduk menjadi tidak nyaman sama sekali. Bahkan rawan terjadi pelecehan seksual

Calo Tiket Merajalela

Belum juga masuk ke stasiun, calo-calo tiket sudah mulai beraksi. Menawarkan tiket-tiket yang dimilikinya kepada calon penumpang. Baik tiket yang memiliki kursi maupun yang tidak mendapatkan kursi. Harga tentu saja berbeda dengan yang dijual di loket resmi. Belum lagi bila tiketnya mendapatkan kursi, harganya jauh lebih tinggi lagi. 

Calo merajalela, membuat masyarakat berpendapat kalau ada kerja sama antara mereka dengan pegawai KAI. Karena sulit sekali mendapatkan tiket dengan jatah kursi untuk penumpang. Mau tidak mau kami para calon penumpang memilih membeli pada calo. Walau harganya lebih mahal. Tapi terhindar dari berjubel antre di loket pembelian tiket kereta di stasiun

Penuh Sesak

Pemandangan kereta yang melaju di atas rel dengan penuh sesak penumpang bukanlah hal yang aneh. Bahkan saat momen liburan Idulfitri, sudah nampak seperti pepesan orang. Bayangkan saja tidak ada celah sedikitpun di dalam kereta untuk kita bisa sekedar menggeser kaki. Celah yang ada di tengah kursi yang berhadap-hadapan saja terisi penumpang. Sampai ada penumpang yang nekat naik di atap kereta. Membahayakan nyawanya sendiri hanya untuk bisa mudik naik kereta. 

Saya Pernah mengalami sendiri kondisi menjadi pepes orang di dalam kereta. Diajak Ibu ke rumah Simbok. Kalau tidak salah ingat bertepatan dengan libur Muharram. Di stasiun Jatinegara, kami sudah merasa resah. Tidak menyangka penumpang akan banyak sekali. Semakin malam semakin bertambah orang berdatangan. Hingga tibalah waktunya kami harus masuk ke kereta yang akan membawa kami ke Kutoarjo.  

Kami berdua segera mencoba masuk dengan berhimpit-himpitan. Bersama dengan calon ratusan penumpang lainnya yang juga ingin naik ke kereta. Selain harus berhimpitan, juga harus cepet-cepetan masuk. Bila tidak akan tertinggal kereta. Singkatnya kami akhirnya berhasil masuk ke dalam. Tempat duduk yang kami miliki sudah tidak mungkin dicapai. Karena untuk masuk beberapa centimeter lebih ke dalam supaya menjauhi pintu. Luar biasa sulit dan penuh perjuangan. 

Kami berdua berdiri di lorong sambil memegangi tas dan bawaan. Saya mulai resah, karena pengap dan mulai kesulitan bernafas. Kaki pun kesulitan untuk menjejak ke lantai kereta. Khawatir tidak kuat melalui perjalanan dengan kondisi seperti itu. Saya pun merengek kepada Ibu, untuk membatalkan perjalanan. Awalnya Ibu masih mencoba menenangkan dan membujuk supaya tetap di kereta untuk melanjutkan perjalanan. 

Tumben sekali kereta saat itu tidak segera berangkat seperti biasanya. Padahal saya merasa sudah lama berada di kereta dengan menahan pengap dan gerah. Bau keringat sudah jangan ditanya lagi deh. Semakin lama di dalam kereta yang belum juga jalan, padahal penumpang sudah penuh sesak. Saya pun mencoba meminta lagi kepada Ibu untuk turun dan membatalkan perjalanan. Sepertinya setengah memaksa. Alhamdulillah Ibu kali ini tidak menolak. 

Kami pun akhirnya mencoba keluar dari kereta. Sama susahnya seperti saat akan naik tadi. Harus melewati penumpang-penumpang lain. Ada yang berani bertanya kenapa kami turun? Saat berhasil keluar, udara segar mulai terasa. Saya pun sudah bisa mulai bernafas lega. Semilir angin terasa seperti angin surga. Malam itu menjadi pengalaman pertama dan terakhir kami. Naik kereta dan menjadi pepes di dalamnya. Sampai sekarang penasaran dan bertanya-tanya. Bagaimana nasibnya kalau kami nekat tetap melanjutkan perjalanan. 

Entah kenapa, dulu itu benar-benar tidak nyaman sekali naik dari stasiun Jatinegara. Kami calon penumpang hanya diberikan waktu sedikit sekali untuk masuk ke kereta. Membuat calon penumpang berjubel, berebut untuk segera masuk ke kereta. Khawatir tertinggal atau bahkan terseret, karena belum berhasil masuk. Sementara kereta sudah mulai jalan. Sepertinya pihak KAI benar-benar tidak memperhatikan keselamatan penumpang sama sekali

Pedagang Masuk ke Dalam Kereta

Kalau anda pernah naik kereta ekonomi. Maka akan merasakan “serunya” bisa jajan di kereta. Sepanjang perjalanan tanpa henti, pedagang lewat menawarkan dagangannya. Aneka makanan dan minuman bisa dibeli selama perjalanan. Kerennya lagi, tiap melalui wilayah yang berbeda akan beda pula dagangan yang dijajakan. Mulai dari Cirebon anda akan merasakan perbedaan tersebut. 

Pedagang bergantian turun naik di setiap wilayah. Dengan dagangan berbeda khasnya masing-masing. Pedang pecel lontong lengkap dengan gorengannya, telur asin Brebes, nopia, getuk goreng Purwokerto, bawang merah, baju batik Pekalongan, blangkon, klanting, wajik, dodol, dan sebagainya. Tidak hanya pedagang, kereta pun ramai dengan pengamen, peminta-minta, tukang sapu, tukang urut, pencopet, dan pencuri.

Jangan ditanya bau sudah lebih berapa rupa. Mulai dari wangi parfum bercampur dengan keringat, bau minyak urut, sampai kepulan asap rokok memenuhi lorong kereta. Penyejuk udara, tentu saja tidak ada. Bila beruntung akan merasakan angin dari kipas angin atau hanya mengandalkan angin yang masuk dari jendela. 

Kondisi tersebut tentu tidak akan pernah dirasakan oleh penumpang yang naik kelas bisnis dan eksekutif. Saya hanya bisa bercerita kelas bisnis karena belum pernah naik kelas eksekutif. Kondisi di kelas bisnis lebih nyaman dibandingkan kelas ekonomi. Tidak ada pedang, pengamen, peminta-minta, tukang sapu, tukang urut dan pencopet. Karena semua pintu di setiap gerbong selalu ditutup. Belum lagi ada penjaga keamanan yang selalu berkeliling. Walau begitu ancaman dari pencuri masih ada di kelas bisnis. Mereka beraksi mengambil tas milik penumpang yang digantung dekat jendela. 

Namun beberapa tahun terakhir, sampai dengan terakhir kalinya saya naik kereta api kelas bisnis. Kondisi kenyamanannya sudah menghilang sama sekali. Sudah mirip dengan kelas ekonomi. Seperti penumpang yang tidak memiliki tiket kursi ada, walau tidak sebanyak di kelas ekonomi. Banyak pedagang yang sudah mulai naik dan menjajakan dagangannya. Awalnya hanya di setiap stasiun pemberhentian. Mereka naik saat kereta berhenti dan turun saat kereta mulai jalan. Makin ke sini pedagang itu sudah mulai berani berdagang mulai dari stasiun asal pemberangkatan

Sampah di Mana-mana

Sampah sudah jelas ada di mana-mana. Karena tidak tersedia tempat sampah di dalam kereta. Ditambah perilaku masyarakat yang jorok. Lebih terbiasa membuang sampah di mana dia mau. Adanya pedagang juga menambah parah kondisi. Sampah dari bekas tisu, puntung rokok dan batang korek api. Bekas kemasan makanan dan minuman. Tumpahan remah makanan dan ceceran cairan minuman. Sudah menjadi pemandangan lazim di sepanjang lorong kereta api. 

Toilet yang Kotor dan Bau

Bau langsung menyeruak keluar dan langsung tercium. Tidak perlu tunggu sampai kita masuk ke dalam toilet. Hanya melewati lorong tempat ruang toilet berada. Bau semerbak khas toilet umum sudah tercium sampai ke hidung kita. 

Di dalam toilet, pemandangannya bisa membuat takjub. Air berwarna kuning kecoklatan baik di dalam lubang kakus. Maupun di lantai toilet sudah menjadi pemandangan yang  lumrah. Kalau anda beruntung, kotoran manusia pun akan dijumpai. Bisa jadi karena air yang tidak tersedia, lupa menyiram, atau memang terbiasa jorok. Belum lagi sampah bekas tisu dan puntung rokok yang berserakan. Air saja sering tidak keluar, apalagi tisu. Jangan harap akan disediakan di sana. 

Begitulah wajah dan kondisi perkeretaapian Indonesia yang kacau balau dulu kala sebelum reformasi. Tulisan ini masih sebagian kecil saja menuliskan permasalahan yang ada di kereta api tanah air. Pada akhirnya sekarang kita menyaksikan bersama hasil perbaikan besar-besaran sana sini. Dikerjakan secara bertahap oleh PT KAI sejak tahun 2009 hingga 2014. Di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan, yang menjabat sebagai Direktur KAI.

Melihat kondisi perkeretaapian yang tidak nyaman sama sekali pasti kita sebagai konsumen rasanya ingin menjerit. Sebagai bentuk protes, tapi ditujukan ke siapa? Akhirnya bagi yang memiliki keuangan berlebih dan ingin merasakan kenyamanan akan memilih kereta yang sesuai. Yaitu kereta dengan kelas eksekutif.

blog catcilku

Terima kasih sudah membaca postingan di blog catcilku.com. Semoga dapat memberi pencerahan dan bermanfaat buat Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

catcilku.com

Hai selamat datang di blog catcilku. Blog ini adalah catatan kecilku untuk saling berbagi macam-macam cerita dan cita. Semoga bermanfaat

- Titi Bdy -

PROGRAM
Peserta BRT Network Growth Organic Periode April - Agustus 2024
KOMUNITAS

Copyright ©dinti 2024 | All Rights Reserved