Ada tahapan yang harus dilalui oleh orang yang sudah dewasa untuk menuju ke jenjang pernikahan. Menggenapi separuh dari agamanya. Dalam Islam sudah jelas dan terang benderang tahapannya. Yaitu ta’aruf (perkenalan), khitbah (lamaran), barulah akad nikah. Yup, tidak ada pacaran!
Tunangan Lamaran Tukar Cincin mana yang duluan? Di masyarakat sudah melazimkan untuk menyamakan arti kata lamaran dengan tunangan atau dengan tukar cincin, salah satunya saya. Tapi tahukah anda kalau ternyata pengertian ketiganya berbeda? Merujuk pada KBBI daring, kata lamaran memiliki arti pinangan, permintaan untuk meminang. Pinangan sendiri artinya permintaan hendak memperistri. Kata tunangan yang berasal dari kata tunang memiliki arti calon istri atau suami. Sementara tukar cincin adalah salah satu kegiatan saling bertukar cincin antara calon suami dan calon istri.
Walau sama-sama dilakukan sebelum pernikahan, namun dalam pelaksanaannya jelas ada perbedaan antara tunangan dengan lamaran dan tukar Cincin. Merangkum dari berbagai sumber saya menyimpulkan, tunangan dilakukan oleh dua orang yang sedang menjalin hubungan yang bersepakat untuk mempersiapkan dan melakukan pernikahan di kemudian hari. Yang dilakukan secara informal, hanya diantara keduanya saja dan belum melibatkan keluarga. Dari pertunangan, bila keduanya sudah merasa cocok dan semakin mantap ingin melanjutkan ke tahap berikutnya. Maka dapat dilanjutkan ke lamaran, di sini sudah melibatkan kedua belah pihak keluarga. Di lamaran ini pun sudah mulai ada pembicaraan dan menentukan kapan tanggal meresmikan hubungan lanjut ke jenjang. Tukar cincin sendiri adalah satu prosesi/ritual yang dilakukan sebagai simbol bahwa dua orang yang sedang menjalin hubungan dan sudah sepakat akan menikah di kemudian hari.
Alhamdulillah, sebulan terakhir ini saya mendengar kabar menggembirakan dari 2 keluarga. Keduanya adalah anak dari sahabat dan juga kerabat dekat, Yang pertama dari pihak laki-laki sedangkan satunya lagi di pihak perempuan. Mereka berdua sedang melalui tahapan menuju jenjang pernikahan, yaitu tunangan dan/atau lamaran. Namun ada gaya yang berbeda dari kedua proses yang dilakukan masing-masing.
Kabar pertama, yaitu anak perempuan dari sahabat saya yang baru saja menerima pinangan dari pihak laki-laki. Pinangan diadakan di luar rumah, yaitu di sebuah masjid besar di Jakarta. Selanjutnya, pihak perempuan meminta untuk dilakukan ulang supaya resmi dan melibatkan kedua keluarga besar. Maka acara lamaran resmi dilakukan di rumah perempuan pada hari Sabtu, tanggal 27 Mei 2023. Untuk acara lamaran ini saya tidak boleh diminta untuk datang dan ikut melihat prosesnya. Sedih juga sih, tapi ya sudahlah masa maksa. Harus puas hanya dengan diinfokan saja. Maklumi saja, mungkin hanya untuk yang benar-benar keluarga dekat saja.
Kalau yang satu lagi kami sekeluarga ikut hadir. Kebetulan yang akan melamar anak gadis orang untuk anak lanangnya adalah adiknya Ibu. Pada hari Sabtu, tanggal 3 Juni 2023, acara lamaran dilakukan di sebuah restoran di daerah Jatisampurna, Bekasi. Katanya, restoran tersebut jadi mulai terkenal karena bekas dipakai acara pernikahan artis. Iya katanya, karena saya tidak mengikuti berita soal arti menikah itu, jadi tidak tahu.
Tren Lamaran di Luar Rumah
Ternyata sekarang ini sedang tren lamaran di luar rumah. Maksudnya bukan di luar rumah alias di jalanan ya, melainkan mengambil tempat lain yang bukan di rumah tempat tinggalnya. Atau saya yang kurang gaul, jadi ketinggalan zaman tidak tau tren yang ada. Karena kedua lamaran yang dilakukan 2 kerabat tersebut dilakukan di luar rumah. Walau pada akhirnya, salah satunya, meresmikan kembali dengan mengadakan acara lamaran di rumah. Tapi kalau menyesuaikan dengan arti tunangan lamaran tukar cincin di atas, maka bisa dikatakan yang terjadi di kedua kegiatan di atas bukanlah lamaran, melainkan tunangan. Tapi melibatkan beberapa anggota keluarga. Sebab belum ada pembicaraan lanjut untuk menetapkan tanggal pernikahan.
Entah disebabkan karena apa, sekarang ini orang lebih memilih melakukan proses lamaran di luar rumah. Bisa jadi karena rumahnya kecil jadi tidak bisa menampung 2 keluarga besar yang jumlahnya banyak. Malu, karena rumahnya berantakan posisinya di dalam gang kecil dan sempit. Atau karena bersifat rahasia, jangan sampai ada orang yang tidak berkepentingan mengetahuinya. Jadi harus ditutupi dari tetangga kanan kiri. Supaya tidak ada kebocoran informasi.
Pilihan tempat untuk lamaran tentu saja harus ditentukan sebelumnya. Kalau di rumah, sudah pasti akan berlangsung di rumah calon istri. Tapi kalau di luar rumah, akan lebih panjang persiapannya. Karena akan terkait dengan jumlah dana yang disediakan dan jumlah tamu yang akan diundang untuk hadir. Besar kecil dan letak tempat juga harus diperhatikan saat memilih. Bisa di gedung pertemuan, cafe, atau restoran disesuaikan dengan kenyamanan dari pemilik acara, yaitu pasangan yang ingin lamaran.
Jujur kalau menurut saya, lamaran di luar rumah kurang resmi dan tidak terasa kesakralannya. Mungkin karena bukan saya yang dilamar dan Ibu sebagai tetua di keluarga tidak diajak musyawarah. Jadi ya benar-benar layaknya undangan yang hanya hadir di hari H acara. Atau karena susunan acara yang dibuat dan dikemas kurang apik. Jadi seperti ada yang kurang pas, tidak ada kehangatan dan kedekatan antara 2 keluarga besar. Iya dong keluarga besar, bukan hanya 2 orang (calon suami atau calon istri) yang sedang menjalin hubungan saja. Kan lamaran dan pernikahan nantinya adalah proses menyatukan 2 keluarga besar. Jadi proses kehangatan dan kedekatan seharus sudah mulai dibangun sejak awal.
Proses Lamaran
Dalam proses lamaran, biasanya anggota keluarga yang hadir adalah keluarga inti (ayah, ibu, adik, dan kakak) dari kedua belah pihak. Kemudian kerabat yang masih punya hubungan dengan keluarga inti. Seperti Kakek dan Nenek bila masih ada serta adik, kakak dari Ayah dan Ibu. Ditambah dengan sepupu/kerabat jauh yang merasa hubungannya akrab dan dekat. Bahkan bisa juga ditambah ustadz/ustadzah, Ketua RT, beberapa tetangga, dan sahabat yang ingin diikutsertakan dalam acara bahagia itu. Semua bisa diatur sesuai keinginan pemilik acara. Yang penting acara bisa diketahui oleh orang banyak dan bisa berjalan dengan hangat serta kekeluargaaan.
Susunan acara dalam lamaran ternyata juga berpengaruh kepada rasa kenyamanan dan kehangatan antara 2 keluarga besar yang saling bertemu. Biasa di acara lamaran akan ada pembukaan, tilawah Al Qur’an, sambutan dari perwakilan kedua belah pihak, perkenalan antar keluarga (menyebutkan urutan keluarga), acara inti yaitu lamaran, dan penutup (ramah tamah 2 keluarga). Dalam acara inti akan ada pembicaraan meminta secara resmi anak gadis orang untuk dijadikan istri bagi anak bujang kita. Didahului dengan memberikan seserahan (hadiah bagi calon istri) secara simbolik. Dilanjutkan dengan membuat kesepakatan kapan pernikahannya akan berlangsung.
Menurut saya, kalau sampai tidak ada perkenalan antar keluarga ini menjadi penyebab kurang hangat dan sakralnya acara lamaran. Bahkan acaranya terkesan garing. Seperti hanya melihat pertunjukan para lakon sedang tampil dalam sebuah pementasan. Di mana yang hadir (sebagai undangan) tidak saling kenal satu sama lain. Bahkan terkesan ditelantarkan, karena ada perasaan canggung serta sungkan untuk saling ngobrol. Karenanya dalam merencanakan acara lamaran sebaiknya melibatkan para tetua dan alim yang sudah pernah mengalami. Jadi bisa mendapatkan masukan, tidak hanya keinginan sendiri supaya sederhana dan kekinian. Tetap ada adab, tata krama dan budaya yang dipakai.
Baiklah, semoga kedua pasangan bisa tetap menjaga perilaku hingga selamat, lancar, dan berkah menuju ke pelaminan di kemudian hari.