Jangan salahkan teknologinya. Karena teknologi tidak dapat dibatasi dan dihalangi. Tapi persiapkan diri dengan literasi digital yang baik lebih dulu. Sebelum memperkenalkan teknologi digital kepada anak. Agar terhindar dari jebakan maut teknologi digital.
Persiapkan Diri dengan Literasi Digital
Sekarang banyak sekali keluhan yang hadir dari para orang tua. Baik yang dilakukan secara sadar maupun yang tidak. Atas anaknya yang sulit sekali melepaskan diri dari ponsel. Bahkan semakin sering diberitakan di media.
Tentang anak-anak yang kecanduan ponsel. Hingga mengalami gangguan syaraf. Terakhir, belum lama ini diberitakan ada adik kakak yang menjadi orang dengan gangguan jiwa (OGDJ). Disebabkan oleh kecanduan bermain gim.
Sebelum dilanjutkan, pembahasan tentang literasi digital. Yuk tengok dulu beberapa kata yang akan sering digunakan. Antara lain teknologi, digital, ponsel, dan internet. Keempat kata tersebut akan saling berkaitan dan beririsan.
Teknologi
Adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Digital
Adalah berkaitan dengan atau menggunakan komputer atau internet.
Ponsel
Adalah singkatan dari telepon seluler. Merupakan salah satu jenis gawai yang digunakan sebagai alat komunikasi.
Internet
Adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit.
Anak, Ponsel, dan Dunia Digital
Kata orang bijak, anak bagaikan lembar kertas putih. Yang akan terwarnai dengan apa yang digoreskan di atasnya. Orang tua nya lah yang menggoreskan tinta warna-warni kepada anak.Karenanya goreskanlah hanya gambar dan tulisan dengan warna warni yang indah.
Ponsel adalah salah satu gawai dengan teknologi tinggi. Dapat digunakan untuk kebutuhan apa saja. Layaknya komputer dan laptop. Salah satu fungsi utamanya adalah dapat digunakan sebagai alat komunikasi.
Dengan kemajuan teknologi, kini ponsel sudah menyerupai komputer. Dengan fungsinya yang beragam dengan ukuran yang lebih kecil. Bila dilengkapi internet lengkap sudah. Ponselnya berubah menjadi portal memasuki dunia digital.
Dunia dengan segala “kehebatan” yang dimilikinya. Bisa membuat orang menjadi hebat atau malah menjadi rusak. Bahkan hancur tidak berbentuk. Tergerus dan terjerumus oleh pengaruh dunia digital yang gemerlap.
Ketika anak yang belum cukup umur berada di dalamnya. Serta belum memiliki ilmu pengetahuan. Maka anak ini akan dengan mudah menjadi kecanduan. Karena dunia digital memang menawarkan kebahagiaan yang candu.
Penyebab Kecanduan
Kita telisik dulu apa penyebab anak menjadi kecanduan. Tentu saja dikarenakan sudah terbiasa menggunakan ponselnya. Serta berada di dalam dunia digital setiap hari. Bahkan tanpa jeda, tanpa bisa dikurangi, atau dicegah.
Semua proses pembentukan karakter anak dimulai dari rumah. Ketika ada anak yang mengalami kecanduan ponsel dan dunia digital. Bisa dipastikan berawal dari rumah. Awalnya hanya untuk coba-coba, sebagai mainan dan hiburan.
Bahkan untuk “obat” diamnya anak. Saat disambi, ketika orang tua beraktivitas. Namun sayangnya kegiatan anak dengan ponsel dan dunia gitalnya. Tidak terkontrol dan seolah tanpa batas. Akhirnya orang tua merasa kecolongan, setelah anak bermasalah.
Jebakan Maut Teknologi Digital
Teknologi seperti halnya pisau, memiliki dua sisi. Bila dilakukan untuk kebaikan, sekaligus akan dapat melukai. Karenanya penting sekali bagi orang tua agar memiliki literasi digital. Sebelum memberikan ponsel kepada anak-anak.
Boleh dibilang ponsel pintar yang lengkap dengan internet. Bisa menjadi jebakan maut teknologi digital. Karena memiliki daya rusak sedemikian rupa. Sehingga dapat memengaruhi perilaku, mental, dan kesehatan anak.
Supaya orang tua tidak ingin kecolongan lagi. Maka perlu melengkapi diri dengan literasi digital. Sehingga dapat mendampingi anak dalam dunia digital. Sehingga perkembangan anaknya dapat berjalan dengan baik dan benar.
Pengertian Literasi Digital
Pengertian literasi digital yakni kecakapan untuk menggunakan media digital. Dengan beretika dan bertanggung jawab. Untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi
Ada 4 pilar literasi digital yang dapat dipelajari, yaitu:
Etika Digital
Belajar bagaimana etika selama berada di dunia digital. Jadi, tetap beretika dan tidak boleh sembarangan. Walau berada di dunia digital. Yang tidak saling bertemu fisik secara nyata.
Budaya Digital
Budaya digital berarti belajar apa saja yang berlaku di dunia digital. Budaya di dunia digital pun mirip dengan budaya di dunia nyata. Entah bahasa yang digunakan. Atau mungkin peraturan yang berlaku di dalamnya.
Ketrampilan Digital
Berada di dunia digital pun harus memiliki keterampilan untuk dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Jadi kecanduan akan jauh-jauh dari diri.
Keamanan Digital
Nah, ini isi utamanya. Soal keamanan saat berada di dunia digital. Jangan sampai sembarangan memberikan data diri dan keluarga. Karena di luar sana, banyak pemangsa yang siap menerkam. Jangankan anak, orang dewasa pun bisa bahaya.
Begitu pentingnya literasi digital harus dimiliki. Mulai dari anak hingga dewasa. Agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang merugikan dan membahayakan. Karenanya anak-anak harus diberikan literasi lebih dulu.
Sebelum diberikan dan dibebaskan menggunakan ponsel. Serta memasuki dunia digital yang menawarkan candu. Bagi siapapun yang berani memasukinya. Selain itu tetap berikan pengawasan dan pembatasan dengan ketat.
Sambil menantikan tulisan tentang keempat pilar literasi digital yang lebih lengkap. Pada postingan seri literasi berikutnya. Jangan lupa berbagi cerita di kolom komentar tentang pengalaman Anda mendampingi anak dengan ponsel dan dunia digital.
20 Tanggapan
Makin banyak anak yg kecanduan game online dan malah didukung orang tuanya, dibelikan HP dengan dalih kasih sayang. Miris sekali ya kak.
Dulu sempat dibilang aneh karena nggak kasih HP dan tontonan televisi ke anak sama keluarga besar. Mereka bilang anak bakal ketinggalan jaman nggak dikenalin HP. Tapi menurutku ada waktunya anak dikenalkan ke dunia digital.
Kita semua memang nggak bisa lepas dari yang namanya teknologi. Mau nggak mau, ya wajib beradaptasi, termasuk anak-anak juga mesti mengenal teknologi. Jadi, orang tua bisalah mengenalkan manfaat teknologi kepada anak-anak. Namun jangan lupa juga kenalkan sisi negatif dari teknologi apa saja. Biar orang tua dan anak bisa mengantisipasinya…
Saya pribadi tidak melarang anak-anak saya pegang gadget. Bagaimanapun mereka adalah anak-anak yang terlahir di jaman teknologi digital. Jadi, agar mereka aman, saya memberitahukan kepada mereka mengenai sisi negatif dan sisi positifnya. Juga untuk si adik, saya masih banyak mendampinginya, mengingat banyak juga konten-konten yang tidak tersaring.
Literasi digital sangat penting untuk semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa, untuk mencegah bahaya di dunia digital. Anak-anak harus dibekali literasi digital sebelum diberi akses ke ponsel dan internet. Orang tua perlu mengawasi dan membatasi penggunaan gadget anak dengan ketat.
Dengan meningkatkan literasi digital, kita dapat menjadi pengguna internet yang cerdas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Mari persiapkan diri untuk menjadi bagian dari masyarakat digital yang maju dan berbudaya!
Baiknya memang anak tidak dibiasakan dengan ponsel. Kalaupun ingin memberikan ponsel, kita tetap harus memberi batasan yang jelas tentang kapan boleh main dan kapan harus berhenti main.
Biar anak nggak merasa kebablasan apalagi sampai kecanduan.
Agak sulit menerapkan literasi digital di Indonesia yang notabene tingkat literasinya saja rendah. Tapi syukur sih kalau banyak yang bertobat dan belajar.
Sekarang memang susah (bahkan sepertinya nggak mungkin) memisahkan anak dari teknologi digital. Tuntutan zamannya begitu. Paling ya kita bekali dengan pengetahuan supaya nggak kecanduan dan kebablasn.
Di era digitalisasi seperti ini, memiliki kemampuan literasi digital adalah hal yang penting ya
Aku sih msh memberikan kebebasan ke anak dlm bermin gadget. Asal bs mengatur waktu antara bermain dn belajar, msh oke lah ya. Kalo udh kebablasan, baru deh aku sita tuh gadgetnya. Yg pntg bs tahu diri, kpn hrs bljr dan kpn hrs bermain. Jgn terlalu mengekang anak krn nnti akan membangkang di usia dewasanya.
Gak ada salahnya kok ngikutin perkembangan dunia digital, asaaaal, bisa bijak gunainnya, terutama buat anak².
Banyak memang orang tua yang memberikan gadget lalu mengijinkan anaknya main game online demi membuatnya tenang sehingga orang tua dapat beraktivitas dengan tenang. Persis pedang bermata dua sih ya.
Beberapa waktu lalu aku ngobrol dengan seorang psikolog yang mengatakan bahwa anak yang terpapar ponsel sebelum usia tiga tahun ternyata bisa menjadi penyebab ADHD. Kalau dipikir-pikir anak usia segitu kan segala sesuatunya atas izin dari orang tua. Orang tua harusmemahami apa itu literasi digital sebelum mengajarkannya pada anak..
Pentingnya mengajari anak tentang literasi sangat perlu sich. Terlebih jika anak kita suka menggunakan teknoloji digital.
Dampak gadget ini nggak main-main loh. Banyak anak yang speech delay hanya karena sering bermain ponsel. Tetangga ku sendiri ada yang mengalami ini. Ibunya sampai menyesal karena terlalu sering memberi anaknya mainan smartphone alih-alih diberi mainan atau diajak interaksi. Dari situ aku belajar, bijaklah dalam memakai teknologi terutama untuk anak-anak.
yang terpenting memang kontrol ortu sih jika membolehkan anak pakai gadget. menerapkan screening time dan waktu main game. meski namanya anak anak banyak ngeyelnya, tapi ortu harus tegas. apalagi tayangan sosmed video, itu kudu banget di kontrol.
Tantangan banget mengenai anak dan gadget ini.
Karena kebutuhan namun juga jika kebablasan, anak jadi suka tanpa batasan dengan dunianya. Dan bisa jadi terkena paparan buruk dari apa yang mereka dengar dan lihat.
Sebaiknya memang diarahkan dan tetap melakukan aktivitas di dunia nyata yaa.. Jadi sehat jiwa dan pikiran.
Dilema memang untuk memberikan gadget ke anak di jaman yang teknologinya berbeda dari 20 tahun yang lalu. Kita memang menjamani keadaaan tanpa gadget itu yang mmebuat kita bisa membatasi mereka. tapi jaman gabisa dipaksa, tetap aja ada kita beri waktu untuk pegang gadget.
Kalau menggunakan teknologi digital memang perlu anak-anak mendapat literasi digital, sebagai modal pengetahuan