Perjalanan Mencari Toko Roti Gelora

Perjalanan mencari toko roti gelora

Daftar Isi

Akhirnya, ketemu juga toko sekaligus pabrik rotinya. Iya, hari Rabu, tanggal 22 November 2023. Sepulang dari Cirebon setelah mencoba naik kereta Jayabaya. Saya diajak jalan mencari toko roti gelora. Anda pasti tahu dong dengan toko roti yang satu itu. Pernah viral di medsos beberapa bulan yang lalu. Kami pun tahu dari medsos. Tepatnya saya nonton setelah diperlihatkan videonya.

Kemarin dari satu tempat, di Condet menuju ke tempat lain untuk sebuah urusan. Kebetulan sudah masuk waktu istirahat kantor. Jadi daripada harus menunggu orang sedang istirahat. Lebih baik mencari toko roti gelora yang viral itu. Alamatnya pun dekat dari rumah dan searah dengan tempat yang akan menjadi tujuan kami selanjutnya. Yaitu di daerah Jatinegara.

Berbekal gmaps untuk membantu mencarikan alamatnya. Kami melaju dari arah Cawang langsung menuju Jatinegara. Memulai perjalanan mencari toko roti gelora. Tidak sulit menemukan, karena kami cukup tahu daerah Jatinegara. Namun untuk toko roti gelora, terus terang saya sendiri belum pernah mendengarnya apalagi tahu di mana tempatnya. Padahal sudah sejak lahir tinggal di Jakarta 🙈. 

Perjalanan Mencari Toko Roti Gelora

Perjalanan mencari toko roti gelora tidaklah sulit. Walau belum pernah tahu, selama masih ada di wilayah Jakarta Timur. Relatif masih tahu peta besarnya, jadi lebih mudah. Tinggal mencari jalan Kedoya. Posisinya ada setelah melewati pasar Jatinegara mengarah ke terminal Kampung Melayu. Posisinya ada di sebelah kanan sebelum lampu merah. Bisa dengan mudah ditemukan dengan bantuan dari aplikasi penunjuk arah, semisal gmaps. Tidak menyangka, kalau toko roti gelora ternyata berada di dalam gang kecil. Di daerah perkampungan rumah warga.  

Saran saya, kalau anda ingin mencari toko roti gelora pakai motor saja. Bila menggunakan mobil, sebenarnya bisa. Hanya saja akan kesulitan memarkirkan mobilnya. Pengalaman kami kemarin, saat sudah membelokkan mobil ke arah jalan Kedoya. Sanksi apakah jalan tersebut bisa dilalui dua mobil dari arah berlawanan atau tidak. Jadi bertanya kepada orang yang mengatur jalan. Ternyata, walau jalannya kecil, tetap dilalui mobil dari dua arah.

Karena kami belum tahu kondisinya seperti apa di dalam. Akhirnya memilih tidak masuk ke jalan Kedoya. Kami pun ditunjukkan supaya parkir di depan gedung kosong. Kebetulan ada mobil yang akan keluar dari parkir di depan gedung yang dimaksud. Alhamdulillah rezeki kami, untuk memarkirkan mobil. Selesai memarkir mobil kami pun mulai memasuki jalan Kedoya. Dengan berjalan kaki menyusuri jalan. 

Sepanjang jalan kecil tersebut, dapat ditemui sebuah masjid. Di kanan kirinya ada warung-warung kecil. Jalan Kedoya merupakan perkampungan padat penduduk. Sepertinya masih terhubung dengan pasar Jatinegara. Sayangnya kami tidak sempat menjelajahi lebih lanjut. Lewat dari masjid akan ditemui toko-toko seperti di pasar. Saya sempat melihat ada yang menjual kebutuhan membuat kue.

Toko-toko yang dilewati hampir semuanya merupakan gedung lama. Auranya seperti berada di tengah kota tua Jatinegara. Dengan khas bentuk bangunan-bangunan tuanya. Khawatir nyasar, kami memutuskan untuk bertanya. Kebetulan ada seorang laki-laki penjual kudapan yang sedang duduk. Menunggui dagangannya berupa biji salak, pacar cina, dan sebagainya. “Mas mau tanya, kalau toko roti gelora di sebelah mana ya?” Begitu pertanyaan yang diajukan. Namun, kami tidak langsung mendapatkan jawaban darinya. Malah harus menunggu sekitar semenit.

Rupanya, mas-mas yang kami tanya sedang mengunyah makanan. Mulutnya terlihat agak monyong akibat penuh makanan di dalamnya. Kami yang terlambat menyadari hal tersebut, jadi merasa sungkan kepadanya. Merasa kami perhatikan dan tunggui. Masnya pun mulai mempercepat kunyahannya. Setelah dirasa agak berkurang makanan di mulutnya dan bisa bicara. 

Masnya berkata, “Lurus, mentok belok kanan, belok kiri.” Begitu petunjuk singkat yang diberikannya. Kami pun melanjutkan perjalanan, setelah mengucapkan terima kasih. Sampai mentok di ujung jalan kedoya, kami melambatkan langkah. Terlihat ada gang kecil  di kanan dan kiri, yang hanya bisa dilalui motor. Sesuai petunjuk tadi kami mengambil belokan di kanan. Baru juga tiga langkah memasuki gang. Sudah ditemui ada percabangan lagi. Kebetulan ada dua orang bapak yang sudah cukup umur. Sedang duduk dan bersandar di sebuah pos sepertinya. 

Sebenarnya saya ingin bertanya kepada salah satu dari mereka. Namun urung, karena sepertinya mata mereka berdua terpejam. Mungkin saja tertidur. Baru saja saya tengak tengok. Salah seorang bapak itu membuka matanya. Mungkin terganggu oleh sosok kami berdua yang berdiri kebingungan tidak jauh dari tempatnya duduk. Tidak membuang kesempatan kami pun ingin mulai bertanya kepadanya. Sayangnya, kami keduluan oleh si bapak, malah dia yang memberikan pertanyaan lebih dulu 😅.

“Mau ke roti gelora ya?” tanyanya. Saya yang mendengar pertanyaan itu, berhasil dibuatnya sedikit kaget dan heran. “Iya, Pak.” jawab kami segera. Langsung saja si bapak tua itu menunjukkan dengan tangannya. Sambil berucap “lurus mentok, belok kanan.” Selesai mengucapkan terima kasih, kami berdua pun berlalu untuk mengikuti petunjuk darinya. Benar saja setelah belok ke kanan sekali. Toko roti gelora berhasil kami temukan.

Toko Sekaligus Pabrik Roti Gelora

Sederhana, tidak nampak seperti sebuah toko. Itu kesan yang saya dapatkan saat memasuki rumah yang dijadikan toko sekaligus pabrik roti gelora. Iya betul, anda tidak salah membacanya. Menempati bangunan tua, namun masih terlihat kokoh. Khas bangunan-bangunan zaman dulu yang begitu kokoh dan terasa adem, bila ada di dalamnya. Satu buah etalase yang di dalamnya terdapat beberapa jenis roti dengan merek gelora. Menyambut siapa-siapa saja yang datang berkunjung. 

Toko sekaligus pabrik roti gelora

Kami diizinkan masuk melewati etalase untuk melihat-lihat. Walau kecil bila terlihat sekilas dari luar. Ternyata di dalam bangunan ini lebih luas lagi. Ada tiga mesin di ruangan pertama yang menyatu dengan tempat menaruh etalase. Entah di ruangan lainnya, ada berapa mesin lagi. Saya hanya bisa melihat ada satu lagi mesin yang ukurannya lebih besar di dalam. Tidak berani minta izin masuk lebih dalam lagi untuk melihat-lihat.

Selain roti yang sudah dipajang di etalase. Masih banyak roti aneka rasa dan kue kering yang dijejer di atas meja. Diantaranya, ada roti smoke beef, roti keset, roti gandum, roti coklat, roti tawar. Selain itu ada juga kue kering seperti kue rasa kayumanis (spekulas), kue vanila (bentuknya seperti kue monde yang bulat), dan kokosina (berbentuk kotak persegi). Kami pun membuka satu bungkus roti untuk dicoba. Dipikir roti coklat atau keju, ternyata yang dimakan adalah roti smoke beef. Sambil makan, saya pun bertanya dan ngobrol untuk menghilangkan rasa penasaran. 

Roti Gelora Belum Bersertifikat Halal

Sebelum mencoba makan untuk mengetahui rasanya. Kami pun bertanya apakah produknya halal atau tidak. Para pegawai menjawab halal. Sayangnya, roti gelora belum bersertifikat halal. Hanya ada kebijakan halal yang ditandatangani pimpinan perusahaan. Kebijakan halal tersebut ditik dan ditempel di dinding. Saya jadi agak khawatir saat memakannya. Karena pemiliknya, sepertinya bukan muslim. Padahal rasa rotinya enak banget. Tidak kalah dan berani dibandingkan dengan roti-roti yang ada di mal. 

Roti gelora belum ada sertifikat halal

Roti gelora itu lembut sekali dan wanginya saya suka. Belum lagi keju dan coklatnya berasa. Roti smoke beef-nya, akan makin enak lagi kalau diberi saus sambal. Menurut pegawai dari toko roti gelora, daging yang dipakai itu menggunakan merek bernardi. Roti gandumnya pun sama lembutnya, tidak terasa seret sama sekali. Beda, tidak seperti roti gandum buatan pabrik besar yang ada dijual di mini market. Belum lagi di atas roti gandumnya ada butiran-butiran oat-nya. Untuk roti gandum diberi merek berbeda. Di bungkus plastiknya tertulis andrew bakery. 

Walau enak, saya tidak berani merekomendasikan roti gelora kepada anda. Karena itu tadi, belum memiliki sertifikat halal yang resmi. Saya pribadi pun harus menahan diri untuk tidak membeli dan memakannya lagi. Demi kehati-hatian dan tidak menggampangkan perkara. Semoga pemilik dan penanggung jawab dari toko sekaligus pabrik roti gelora segera mengurus sertifikat halalnya. Sehingga kami yang muslim dapat dengan tenang menikmati roti-roti gelora dan kue keringnya.

Sejarah Singkat Toko Roti Gelora

Pabrik dan toko roti gelora ternyata sudah ada sejak tahun 1950-an. Menurut keterangan dari pegawai perempuan yang berhasil saya tanya-tanya. Saat ini kepemilikan dan tanggung jawab sudah beralih. Toko sekaligus pabrik roti gelora, kini berada di tangan generasi kedua. Kemarin pun saya sempat melihat kakak dari penanggung jawab pabrik dan toko roti gelora saat ini. Sayang saya tidak sempat bertanya siapa nama pemiliknya saat ini. Tepatnya sungkan, karena baru pertama kali datang. Masa sudah banyak tanya 😁. 

Sepi dan tidak ada aktivitas membuat roti atau kue kering di pabrik. Saat kami datang ke toko roti gelora. Semua pegawai laki-lakinya yang berjumlah 6 orang sedang beristirahat. Tinggal sisa 3 dari 11 orang pegawai perempuan yang ada. Menemani dan melayani kami dengan ramah. Bahkan kami disuguhkan air mineral dalam kemasan gelas. Yang tidak sempat diminum karena asyik bertanya dan ngobrol. 

Aneka Rasa dan Harga Roti Gelora

Tidak hanya roti tapi kue kering juga dijual di toko roti gelora. Harga roti gelora berkisar antara Rp12.000 sampai dengan Rp38.000. Sementara untuk roti gandumnya yang bermerek andrew bakery dihargai mulai dari Rp30.000 sampai dengan Rp40.000. Yang termahal ada di harga Rp50.000, entah seperti apa rotinya. Kalau dilihat dari daftar harga yang tertempel di dinding disebut dengan raisin. Sepertinya roti spesial yang dibuat hanya di hari Jum’at. Tertulis special bread on Friday.

Sementara untuk kue kering hanya ada tiga jenis. Yakni kue vanila, spekulas, dan kokosina. Saya sempat mencicipi kue kering kayumanisnya (spekulas), enak. Saya memang penggemar spekulas, yang saat ini sudah sulit untuk ditemui. Tidak semua penjual kue kering menjual spekulas. Alhamdulillah, saya jadi bisa langsung beli ke toko roti gelora bila ingin memakan spekulas. 

Aneka rasa roti gelora

Ketiga jenis kue kering tersebut biasanya dijual dalam kemasan setengah kiloan. Namun karena banyak permintaan dari para pelanggan dan pembelinya. Sekarang ada kue kering kemasan seperempat. Harga spekulas dan kokosina Rp20.000/seperempat dan Rp40.000/setengah kilo. Sementara untuk kue vanila Rp18.000/seperempat dan Rp35.000/setengah kilo. 

Pabrik dan toko roti gelora sudah mulai beroperasi dari pukul 5.30 pagi. Sampai dengan 17.30 sore, waktu Jakarta. Roti gelora tidak dijajakan secara keliling keluar masuk kampung. Seperti yang sudah dituliskan di atas, toko roti gelora tidak berada di jalan besar. Malah ada di dalam gang kecil dan tidak masuk mobil. Meski demikian tidak sulit untuk menemukan tokonya. Hanya butuh berjalan kaki sepanjang kurang lebih 300 meter. Tinggal ikuti saja rute perjalanan mencari toko roti gelora yang sudah saya tulis dan jelaskan di atas.  

blog catcilku

Terima kasih sudah membaca postingan di blog catcilku.com. Semoga dapat memberi pencerahan dan bermanfaat buat Anda.

38 Tanggapan

  1. Kalau beli roti langsung dari pabrik bahagia sekali ya kak. nikmatnya roti lebih terasa. Semoga kedepannya roti Gelora bisa bersertifikat halal.

  2. Entah kenapa dari dulu kebayang pengen punya toko roti sendiri. Rasanya bakalan bernostalgia bikin roti bareng ibu yang dulu jago banget bisa bikin roti model dan jenis roti apa aja. Mudah2an bisa terealisasi kedepannya biar kek toko roti Gelora.

  3. Penggemar roti hadirr! Baca ini sambil membayangkan aroma toko+dapur roti. Wah, ternyata toko roti legend ya, rotinya pasti enak-enak. Btw spekulas dengan spekuk itu sama gak ya?

  4. Pengalaman yang seru banget dan berkesan. Jadi pengen nyobain juga citarasa dari si Roti Gelora ini. Tapi, kayaknya nunggu manajemen punya sertifikasi halal agar lebih terjamin dan gak bimbang waktu konsumsi nantinya.

  5. Wah, aku baru tahu nih ada roti Gelora. Ternyata harga segitu ukuran rotinya memang besar2 ya. Ga rugi rasanya ngeborong hehe. Membayangkan aromanya duuuh makin nikmat ditemani kopi susu gula aren 😀 Sayangnya belum ada sertifikat halal MUI ya. Kalau ada, pasti semakin laris ga kalah sama roti2 di mall.

  6. Wah besar2 yaa rotinya kak. Worth it sih dengan harga segitu apalagi enak² rotinya ahhh ngiler 🤤 Alhamdulillah ketemu yaa toko rotinya, dari luar terlihat kecil pas masuk ke dalam wah luas banget pabrik rotinya cukup muat peralatan besar dan etalasenya.

    Jam setengah 6 udah buka, enak yaa bisa buat sarapan. Cocok banget ini buat temen ngopi 🤤

  7. Kalau sudah terkenal begini biasanya mudah sekali dalam mengajukan hal urusan seperti sertifikat halal. Semoga saja segera mendapatkan supaya kita makin yakin saat belanja rotinya yang enak itu ya

    1. Iya katanya ini roti jadul. Tapi saya sendiri belum pernah tahu selama ini. Sepertinya ada yang buat videonya terus jadi mulai keangkat lagi. Dari awalnya “hampir terlupa”. Sekarang orang jadi mulai ngeh dan cari-cari. Termasuk saya 😁

  8. Wah dulu saya tinggal dekat daerah ini, sayangnya belum tahu tentang Roti Gelora
    Kayaknya mesti napak tilas seputaran Jatinegara lagi deh, sekalian mau icip-icip si roti viral
    Tampilannya terlihat enak dan lembut nih rotinya

  9. Wah saya baru tahu toko roti gelora ini. Tapi lihat sejarahnya yg sudah ada sejak 1950, dan kini masih ada di persaingan bisnis yang ketat, saya yakin klo rasa roti di toko gelora ini sngat lezat

  10. Wah padahal aku dulu sering ke Condet tapi baru tahu ada Roti Gelora. Ternyata udah lama berdirinya ya, keren bisa survive.Mungkin selain di toko, roti ini dijajakan gitu ya oleh bapak2 yang pakai sepeda itu?
    Jadi penasaran seenak apa rotinya sampai dibelain blusukan mencari toko/ pabriknya 😀

  11. Wahhh seru banget petualangan pencariannya yaa, dan enak banget bisa langsung beli roti dari prabiknya dan tentu pasti masih panas hha karena masih dari oven. xixixi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

catcilku.com

Hai selamat datang di blog catcilku. Blog ini adalah catatan kecilku untuk saling berbagi macam-macam cerita dan cita. Semoga bermanfaat

- Titi Bdy -

PROGRAM
Peserta BRT Network Growth Organic Periode April - Agustus 2024
KOMUNITAS

Copyright ©dinti 2024 | All Rights Reserved