Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the broken-link-checker domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/u5999482/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
7 Hal yang Mulai Sulit Ditemui di Jakarta - Catcilku

7 Hal yang Mulai Sulit Ditemui di Jakarta

mulai sulit ditemui di Jakarta

Daftar Isi

Teknologi tiap hari semakin berubah, ah kelamaan, kalau per hari. Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan dan terjadi tiap detik. Setiap ada yang baru, yang lama mulai ditinggalkan dan dianggap sudah ketinggalan zaman. Karena teknologi selalu berkembang setiap menitnya. Teknologi sesuai tujuannya tentu saja untuk memudahkan kehidupan manusia. Awalnya teknologi diciptakan, eh bukan. Manusia tidak bisa mencipta, melainkan hanya membuat dan menghasilkan. 

Jadi mari diulang kalimatnya. Awalnya teknologi dibuat oleh manusia masih dalam mode sederhana. Karena tuntutan, maka teknologi harus mengalami perubahan. Diubah dan diperbaharui mengikuti kebutuhan dan demi memberikan kemudahan, kesederhanaan, dan kenyamanan bagi hidup manusia. Saya ambil pengertian teknologi dari KBBi daring milik Kemdikbud. Di sana dapat dilihat dan dibaca, arti kata dari teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Seperti menyapu, mungkin dahulu kala tidak ada benda yang namanya sapu. Apalagi sapu terbang, iiii itu mah punyanya nenek sihir. Nah ini juga menjadi pertanyaan, kenapa ya cuma nenek sihir yang naik sapu? Apakah kakek sihir, paman sihir, tante sihir, mas sihir, dan mbak sihir tidak pernah pakai itu sapunya untuk terbang. Padahal kan enak ya, mereka bisa terbang ke seluruh penjuru tanpa lelah apalagi mengeluarkan ongkos πŸ˜…. Ah, kok jadi ngelantur ke sapu terbang sih.

Ketika saya kecil masih banyak ditemui barang-barang dengan teknologi  sederhana yang membantu, mempermudah, dan memberi kenyamanan bagi manusia. Pada zamannya, barang-barang tersebut tentu saja amat sangat berguna. Malah mungkin menjadi yang terbaru dan terpopuler.  Namun sekarang, dianggap sudah ketinggalan zaman. Maka barang-barang itu sudah banyak kita tinggalkan dan tidak dipakai lagi. Bahkan sekarang sudah sangat sulit menemukannya. 

Mendapatkan Ide untuk Menulis

Kata para penulis hebat, mendapatkan ide untuk menulis itu asalnya bisa dari mana saja. Bisa dari sebab membaca sebuah buku/berita, nonton sebuah film, ngobrol dengan teman, melihat sesuatu, dan sebagainya. Kebetulan Jumat pekan lalu, saya mengunjungi sebuah rumah. Yang pada zamannya–menurut pandangan saya sebagai anak kecil–rumah itu merupakan rumah keren milik orang kaya. Karena berada di lingkungan yang elit, di perkampungan di salah satu sudut Jakarta Timur. Belum sampai 10 kali berkunjung, kira-kira baru 5 kali saja. Selama kunjungan ke rumah itu, saya tidak ngeh. Kalau ada barang yang saat ini bisa dikatakan sangat sulit untuk menemukannya di Jakarta. Entah kalau di daerah lain. 

Yaitu sebuah pompa tangan tua sudah tidak dipakai yang masih berdiri kokoh di halaman depan. Entah kenapa tetap dibiarkan ada di sana oleh sepasang kakek nenek pemiliknya. Mungkin sebagai kenang-kenangan dan ingin menghargai nilai sejarahnya. Bahwa di masa lalu mereka memiliki pompa tangan. Demi melihat pompa tangan itu, seketika memberikan ide kepada saya untuk memotonya. Sebagai bahan pendukung tambahan dalam menulis postingan 7 hal yang mulai sulit ditemui di Jakarta.

Jakarta sebagai kota besar sekaligus ibu kota negara, menjadikannya sebagai kota metropolitan dan modern. Membuat semua kecanggihan dan teknologi dimulai dan ada di Jakarta. Hal yang pada masanya dengan mudah ditemui, akan sangat sulit dicari dan ditemui lagi di Jakarta bila sudah dianggap ketinggalan zaman.

Yuk dicek 7 hal yang mulai sulit ditemui di Jakarta

Pompa Tangan

Generasi Z dan alpha sekarang mungkin belum pernah melihat pompa tangan. Karena saat ini mulai sulit ditemui di Jakarta. Bukan pompa untuk mengisi angin di balon dan ban loh. Melainkan pompa untuk memompa air yang berada di dalam tanah. Supaya keluar ke permukaan dan bisa kita pakai. Air baru akan keluar bila kita menggerakkan pompa dengan tangan. Jadi tidak bisa ditinggal, karena dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Belum bisa mendapatkan air untuk berbagai keperluan kalau belum memompa air dulu.

Pada masanya pompa dengan model yang seperti dalam foto di atas merupakan teknologi terbaru. Sebelum model itu ada pompa tipe sebelumnya yang dikenal dengan nama pompa kodok (kalau tidak salah ingat). Bentuknya lebih pendek dan harus dipancing menggunakan air lebih dulu supaya bisa digunakan memompa. Begitu atau bukan ya cara kerjanya, karena saya pernah coba di rumah tetangga. Entah pompa tangannya apakah dalam kondisi baik atau sedang rusak kalau seperti itu 🀭. Tolong dimaklumi ya, karena saya hanya pernah membersamai dan ada pada zamannya. Tapi di rumah, alhamdulillah tidak pernah pakai pompa tangan.

Pompa tangan membantu manusia mengeluarkan air dari tanah. Menggantikan ember dan timbaan, yang digunakan mengambil air dari sumur yang dalam lalu dikerek dengan katrol. Keduanya masih manual, menggunakan tenaga manusia untuk mengoperasikannya. Sebelum akhirnya pompa tangan ini juga digantikan dengan teknologi lebih baru dan tinggi. Yaitu pompa elektronik, yang menggunakan mesin dan dioperasikan secara otomatis menghilangkan penggunaan tenaga manusia. Air akan keluar otomatis bila kita membuka kerannya. 

Tukang Patri

Hal kedua yang mulai sulit ditemui di Jakarta adalah tukang patri. Tukang patri adalah orang yang menjajakan jasanya untuk menambalkan perkakas dapur yang bolong (panci, ceret, dandang, dan penggorengan) Para tukang patri akan keliling keluar masuk kampung memikul wadah peralatan untuk mematri dengan berjalan kaki. Sambil membunyikan sebuah alat yang terbuat dari tumpukan seng yang ditempelkan pada sebuah kayu. Ketika alat itu digoyangkan ke depan belakang maka akan mengeluarkan bunyi reketek … reketek … Kalau abangnya rajin ditambah teriakan “patri” atau “tri” sesukanya dia saja. 

Seingat saya lamat-lamat, waktu masih SD beberapa puluh tahun lalu. Sepertinya pernah 1 atau 2 kali menggunakan jasa tukang patri. Menambalkan panci milik Ibu yang bolong. Itupun karena sekedar ingin ikut-ikutan dan mencoba. Karena ada tetangga yang menambalkan perkakasnya lebih dulu. Saking penasaran dan ingin melihat proses mematri. Saya sampai mencari-cari di dapur kalau ada perkakas yang bolong dan bisa dipatri. Kalau tidak salah proses mematri sendiri seperti menambal ban. Kalau tambal ban menggunakan ban karet untuk menutup permukaan ban yang bolong. Sementara mematri perkakas yang bolong menggunakan seng atau alumunium itu ya. Maafkan saya kurang paham, nantilah kalau masih ada dan menemukan tukang patri akan ditanya πŸ˜…. 

Tukang Sol Sepatu 

Zaman yang katanya sudah serba modern dan canggih, tapi keberadaan para penjual jasa seperti tukang sol sepatu keliling ini ternyata masih dibutuhkan. Untuk memperbaiki sepatu/sandal yang lepas lem solnya, robek sedikit, atau sengaja minta sepatu/sandalnya dijahit keliling supaya kuat dan awet. Karena masih bagus dan sayang dengan sepatu atau sandalnya. Masa hanya karena rusak sedikit harus dibuang. Mending diservis saja lebih dulu, lumayan bisa menghemat pengeluaran.

Tapi untuk menemukan tukang sol sepatu keliling yang ternyata susah. Tidak semua daerah di Jakarta ada tukang sol sepatu keliling. Menjadikan tukang sol sepatu sebagai hal ketiga yang mulai sulit ditemui di Jakarta. Kalau di daerah sini masih ada satu dua, tidak banyak. Pun ada yang mangkal (tapi saya belum pernah pakai jasanya). Bahkan ada yang menambah layanan jasanya yaitu perbaikan jam. Mulai dari ganti batre, ganti tali jam sampai dengan servis jam. 

Tukang Rambut Nenek 

Mana ada yang jual rambut nenek, kalau ada saya ingin datangi dan lihat seperti apa. Rambut nenek di sini adalah sejenis makanan untuk anak-anak. Nama lainnya adalah arum manis. Itu loh makanan yang tipis seperti kapas. Biasanya disajikan dengan semacam kerupuk tipis disebut simping. Ada pula yang seperti gulungan kapas layaknya cutton bud. Berwarna merah muda yang dijual menggunakan batang lidi dalam kemasan plastik. Makanan jenis ini mudah sekali dimakan angin. Maksudnya kalau terkena angin akan mudah menipis dan menggumpal seperti gula. Tidak tahu kenapa, kok bisa disebut dengan rambut nenek. Mungkin karena bentuknya menyerupai rambut nenek-nenek yang sudah ubanan. 

Penampakan penjual makanan ini waktu saya kecil, yaitu menggunakan pikulan. Mesin pembuatnya pun dibawa-bawa, dalam sebuah kotak. Dioperasikan dengan “menggenjot” pedal, seperti mesin dinamo pada mesin jahit. Jadi para pembeli kecilnya bisa melihat proses pembuatannya. Bentuk mesinnya seperti kompor gas milik abang penjual mie tek tek. Yang disekelilingnya dibatasi oleh seng/alumunium (layaknya sebuah stadion). Proses pembuatannya adalah dengan cara memasukkan sejulah gula pasir ke bulatan di tengah-tengah mesin. Sejurus kemudian berubah dan keluar menjadi salur-salur (seperti sawang di plafon rumah). Karena sangat jarang terlihat, tukang rambut nenek berada di urutan keempat dari hal yang mulai sulit ditemui di Jakarta.

Tukang Asah Pisau

Dari dulu pun tukang asah pisau keliling memang tidak banyak, menjadikannya berada di urutan kelima dari hal yang mulai sulit ditemui di Jakarta. Mereka berjalan kaki sambil membawa kotak berisi gerinda dan beberapa pisau baru. Selain keliling menawarkan jasa mengasahkan pisau lama yang sudah tumpul supaya kembali tajam. Tukang asah pisau menawarkan dagangannya, yaitu pisau-pisau baru. Sekarang, semakin susah mencari tukang asah pisau ini. Hampir setiap Ahad, di sini masih suka ada tukang asah pisau yang keliling. Bukan berjalan kaki tapi menggunakan sepeda. Saya sendiri beberapa kali ingin mengasahkan pisau-pisau, tapi hingga tulisan ini dibuat belum juga kesampaian. Hanya terdengar si abang menawarkan jasanya dengan berteriak β€œasah pisau… asah pisau” sambil terus mengayuhkan sepedanya. 

Tukang Bingkai Keliling

Posisi keenam dari hal yang mulai sulit ditemui di Jakarta adalah tukang bingkai keliling. Mereka menggunakan gerobak yang didorong untuk memasarkan dagangannya. Berbagai model, warna, bahan, dan ukuran bingkai foto, tidak lupa cermin dipajang di gerobak. Tukang bingkai keliling pun menyediakan batang kayu bahan membuat bingkai, yang ukurannya masih panjang. Untuk melayani pembuatan bingkai yang ukurannya sesuai keinginan pembeli (kustomisasi).

Penjual Sanggul

Apakah masih ada sekarang ini pengguna sanggul atau konde? Ternyata masih ada. Walau kita adalah negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Alhamdulillah, makin ke sini semakin banyak muslimahnya yang dengan kesadaran sendiri mulai menggunakan jilbab. Karena jilbab adalah perintah dari Allah Swt., bukan budaya atau sekedar tren sesaat dari negara manapun. Walau sudah banyak yang menggunakan jilbab, bBukan berarti penggunaan sanggul atau konde dilarang. Karena sanggul dan konde adalah bagian dari budaya di Indonesia. Jadi bebas saja mau pakai atau tidak. Asal jangan ada yang memaksakan kehendak, harus semua pakai sanggul atau konde. 

Sanggul konde

Selama ini saya tidak pernah tahu di mana tempat yang menjual sanggul atau konde. Yang saya tahu, kalau mau pakai sanggul atau konde ya ke salon. Sekalian dipasangkan dan dirias wajahnya. Beberapa tahun terakhir saya malah menemukan tempat menjualnya, yaitu di Jatinegara. Tempatnya sih bukan di dalam pasarnya, melainkan di sebuah gang, masih di area pasar Jatinegara. Beberapa model dan ukuran sanggul atau konde di jual di sebuah meja sederhana. Ketika saya tanya ke penjualnya, para pembeli biasanya adalah anak sekolah. Atau untuk keperluan menari anak-anak sekolah. Posisi pamungkas ditempati oleh penjual sanggul, sebagai 7 hal yang mulai sulit ditemui di Jakarta.

Apakah ada yang ingin anda tambahkan dari 7 hal yang mulai sulit ditemui di Jakarta? Silakan ditulis di kolom komentar.

blog catcilku

Terima kasih sudah membaca postingan di blog catcilku.com. Semoga dapat memberi pencerahan dan bermanfaat buat Anda.

28 Tanggapan

  1. Aku dari dulu memang enggak pernah liat orang jual konde, sih. Kalau 6 tahun lalu saat masih tinggal di sana, yang lainnya yang disebut di atas masih bisa nemu seliweran di depan rumah

  2. Daebaaak baru tau ada profesi tukang asah pisaaauuu…
    BTW soal pompa air, di JKt aku pernah tinggal daerah jaktim.. dan rumahnya masih pakai sumur alias pake pompa meskipun otomatis.. aku malah salut, ku kira di jkt sudah pakai pdam semuaa tanya masih ada yg pakai air tanah..

  3. Hii kak kayaknya gak cuma di jakarta aja 7 hal ini sudah mulai sulit tapi di semua kota bahkan yanh kecil kaya kotaku. Tapi kayaknya 6 karena kmrnmasih lihat tukang sol sepatu deket pasar tradisional hehe

  4. dari 7 hal yang sulit ditemui dijakarta, masih ada dua yang bisa aku temuin sekarang ini yaitu tukang sol sepatu masih ada lewat di daerah rumahku, tukang rambut nenek juga masih ada yang jual gak jauh dari rumah

  5. Astaga, aku baca ini sambil ketawa-ketawa sendiri, ngebayangin gimana kehidupan ayah ibukku waktu ngerantau ke Jakarta, ketemu, nikah, terus punya anak aku di beberapa bulan di tahun 70 sampai 80-an. Btw kalau tukang sol sepatu, di Lamongan tempatku sekarang masih ada yang keliling, Kak. Kalau di Jakarta udah hampir nggak ada ya?

  6. Waktu masih tinggal di Jakarta, aku masih nemu tukang sol sepatu keliling kok mbak. Emang sudah sepuh beliau. Tapi mungkin karena daerah kosanku dulu masih termasuk perkampungan kali ya, jadi masih banyak pedagang keliling yang lewat.

  7. Kalau tukang asah pisau dan jual sanggul kayaknya di tempatku juga jarang banget kak. Aku belum pernah liat deh wkwk. Unik yaa kalau nostalgia zaman dulu. Banyak hal-hal sederhana yang bikin kepo di masa kini.

  8. Unik-unik sekalii..
    Kalau zaman aku dulu, di rumah nenek suka ada penjaja timbangan badan. Jadi sembari ngobrol, nimbang dan dia hanya minta biaya 100 rp.
    Sekarang?
    Semua orang sudah punya timbangan masing-masing di rumah. Hiiks~

  9. Bingkai keliling sama sanggul yang di tempatku udah jarang banget kelihatan.
    Namun kalau yang lain masih terdengar, mungkin karena daku di Jakartanya agak ujung x ya, haha
    Apalagi yang rambut nenek, karena di sini sekolahan bejejer, masih suka ketemu, hehe.

  10. Waaah, iya pompa tangan pas aku kecil masih ada di rumah ahaha.. Sekarang udah gak ada, ya. Kalau rambut nenek sama tukang sol sepatu di daerahku masih suka ada.. πŸ™‚ Kangen juga ya sama masa-masa dulu..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

catcilku.com

Hai selamat datang di blog catcilku. Blog ini adalah catatan kecilku untuk saling berbagi macam-macam cerita dan cita. Semoga bermanfaat

- Titi Bdy -

PROGRAM
Peserta BRT Network Growth Organic Periode April - Agustus 2024
KOMUNITAS

Copyright Β©dinti 2024 | All Rights Reserved