Apa Kabar Mesin Terminal Parkir Elektronik? 

Apa kabar mesin terminal parkir elektronik

Daftar Isi

Apa Kabar Mesin Terminal Parkir Elektronik? 

Perparkiran di Jakarta

Apa kabar dunia perparkiran di Indonesia, khususnya di Jakarta? Kalau pendapat saya pribadi, wajah perparkiran di Jakarta adalah semrawut dari segala sisi. Penyebabnya tentu saja karena tidak diatur dengan baik. Mulai dari penyediaan lahan, petugas penjaga di lapangan, tarif parkir, sampai dengan pelayanannya kepada para pengguna jasa parkir. Bisa dibilang, kalau sekarang ini parkir lebih banyak yang liar dibanding yang dikelola. Mulai dari parkir yang ada di pasar tradisional, swalayan, sampai dengan di gedung perkantoran. 

Malah sudah menjadi rahasia umum, hasil dari tarif parkir seperti jadi “bancakan” para oknum tertentu. Karena uang yang beredar cukup besar, menyebabkan parkir liar begitu pesat perkembangannya. 

Sebagai kota besar sekaligus ibu kota negara, kesibukan di Jakarta tentu saja tidak terhindarkan. Karena, selain pusat pemerintahan juga sebagai pusat bisnis. Jakarta setiap harinya ramai oleh lalu lalang pengguna kendaraan, sebagai pendukung gerak dan aktivitas warganya. Banyaknya kendaraan berarti ada kebutuhan akan tempat parkir. Sebagai sarana untuk memfasilitasi para pemilik kendaran untuk memarkirkan kendaraannya. Sayangnya lahan yang tersedia sudah tidak memenuhi kebutuhan. Karena tidak berbanding lurus dengan pertambahan kendaraan.

Bahkan para pemilik gedung perkantoran, pasar tradisional, apartemen sepertinya sudah kewalahan dalam hal penyediaan lahan parkir. Contohnya saja di pasar tradisional Jatinegara. Kendaraan para pengunjung sudah tidak lagi bisa ditampung. Ruas jalan di sekeliling area pasar sudah penuh dengan pedagang kaki lima. Bahkan para pengunjung yang berjalan kaki pun kesulitan untuk lewat. Sangat semrawut! Tidak berbeda jauh dengan kondisi di pasar Tanah Abang. 

Parkir Liar

Kalau bicara soal parkir, sudah pasti berkaitan erat dengan yang namanya kendaraan bermotor, area yang tersedia, dan lalu lintas. Kendaraan bermotornya bertambah terus tiap bulan, bahkan per hari. Tapi area parkir hanya segitu-gitunya, tidak ada pertambahan. Alhasil parkir liar di pinggir jalan menjadi pilihan, yang berefek mengganggu lalu lintas. Macet di sana sini tak terhindarkan, karena luas jalan yang bisa dilalui menjadi berkurang. Terambil untuk dijadikan lahan parkir liar yang berada di pinggir jalan. Siapa yang mau disalahkan? Tentu saja tidak ada yang mau. Semua akan saling tunjuk, melempar tanggung jawab.

Bila satu kebijakan salah diambil, bukannya menyelesaikan masalah. Melainkan masalah tambah runyam. Seperti parkir liar ini, dibiarkan hingga menjamur hampir di seluruh wilayah Jakarta. Mungkin awalnya masih bisa dikendalikan, namun lama kelamaan jadi tidak terkendali. Pendapatan dari parkir liar ini pun tidak jelas. Masuk ke mana? dan dikelola siapa? Hingga sekarang pun masih belum ada yang berhasil mengatur dan menghilangkan parkir liar.

Mesin Terminal Parkir Elektronik (TPE)

Di tahun 2015, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Meluncurkan program pengadaan mesin terminal parkir elektronik (TPE), di beberapa titik wilayah Ibukota. Seingat saya, waktu diluncurkan program ini terkesan heboh dan wow gitu di media massa elektronik. Tapi pada kenyataannya, di lapangan program ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui keberadaan mesin TPE. Kalaupun tahu, sepertinya enggan untuk menggunakannya saat parkir di pinggir jalan. Beberapa alasan mesin TPE tidak populer dan unfaedah keberadaannya, karena:

Mesin dan Lokasi Kendaraan yang Diparkir Berjauhan 

Mesin TPE di sini sementara kendaraan terparkir di 300 meter sebelahnya. Membuat malas pemilik kendaraan untuk jalan ke mesin untuk menge-tap-kan kartu sebagai tanda mulai dan mengakhiri parkir. Tahu sendirikan kalau bangsa ini terkenal kemalasannya untuk jalan kaki. Bahkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Stanford. Indonesia berada di tingkat pertama di dunia loh. Termasuk saya yang malas jalan kaki. Tapi ada alasannya sih. Kapan-kapan akan saya buatkan postingannya tersendiri, insyaallah.

Masih Memerlukan Pihak Ketiga untuk Mengoperasikannya

Selain malas jalan, pemilik kendaraan pun banyak yang belum mengetahui cara mengoperasikan mesinnya. Juga malas mempelajarinya, walaupun tukang parkir mau membantu mengajarkannya. Malah lebih memilih dibantu dan dikerjakan oleh tukang parkir. Tinggal berikan Kartu Elektronik (KUE) nya ke tukang parkir dan terima beres. Saya pernah meminta diajarkan oleh tukang parkir di daerah Asemka. Caranya sebenarnya sangat mudah. Cuma belum terbiasa dan jarang menggunakannya 🤭. 

Cara penggunaan mesin terminal parkir elektronik: tiap pengguna jasa parkir di jalanan diharuskan mengisi nomor polisi dari kendaraannya masing-masing, jam mulai parkir, dan perkiraan waktu akan keluar dari area parkir. Kemudian menempelkan uang elektroniknya untuk membayar biaya parkir. Sesederhana itu.

Banyak masyarakat yang belum dan enggan memiliki KUE

Saya pribadi sedikit terpaksa untuk memiliki KUE atau uang elektronik. Lebih dikenal dengan uang el/emoney. Sebab jarang memakai jasa dari Transjakarta dan membayar tol. Tapi karena sekarang hampir semua perparkiran resmi. Mengharuskan pembayaran dengan KUE. Mau tidak mau akhirnya beli untuk berjaga-jaga dan antisipasi. Kalau ingin parkir di suatu tempat atau akan menggunakan jasa Transjakarta. 

Tidak memiliki KUE itulah yang menjadi kendala dan akhirnya menggunakan jasa tukang parkir. Di mana tukang parkir menyediakan KUE atau uang elektroniknya. Untuk digunakan oleh orang-orang mengetap biaya parkir. Tinggal pemilik kendaraan mengganti pembayarannya secara tunai. Yang ini pun pernah, saya lakukan di jalan Boulevard, Kelapa Gading. Di masa awal-awal dulu, mesinnya masih baru dan kondisinya masih mulus. 

Pernah juga di pasar Asemka. Di kedua tempat berbeda itu, tukang parkirnya yang inisiatif menawarkan bantuannya. Setelah bayar, kami diberikan tanda terima pembayaran parkir yang keluar dari mesin TPE.

Apa Kabar Mesin Terminal Parkir Elektronik 

Saat tulisan ini dibuat berarti sudah jalan 7 tahun mesin terminal parkir elektronik ada dan beroperasi di beberapa titik di wilayah Jakarta. Apa kabar mesin terminal parkir elektronik (TPE)? Kondisinya sekarang banyak yang mengenaskan, tidak berfungsi. Kusam, karatan, dan layar tidak nyala. Entah karena hampir 2 tahun lamanya terkena imbas dari pandemi Covid-19 jugakah? Di mana mesin TPE ini hanya berdiri kepanasan dan ke hujanan. Tanpa ada yang datang menggunakannya. Atau karena sebab lainnya? 

Melihat dari kondisi mesin TPE yang mengenaskan, bisa ditebak kalau mesin ini terabaikan. Keberadaannya tidak disadari, kehilangannya pun sepertinya tidak akan ditangisi 😅. Yang ada, tukang parkir beroperasi seperti biasa melayani para pengguna jasa parkir. Memberi aba-aba panduan parkir kendaraan. Selanjutnya menerima sejumlah uang sebagai upah dari jasa memarkirkan. 

Apakah program mesin TPE ini akan dievaluasi, diperbaiki, atau dilanjutkan? Kita tunggu saja bagaimana sikap yang akan diambil oleh Pemerintah. Seharusnya segera ada tindak lanjutnya. Karena sayang sekali anggaran yang sudah dikeluarkan. Sementara programnya berhenti, mesinnya menjadi seonggok “sampah” yang tidak berguna. Kebijakan yang awalnya ingin menata perparkiran jadi gagal. Pendapatan yang tadinya bisa diharapkan pun tidak kelihatan wujudnya. Perparkiran masih saja semrawut. Menyedihkan!

blog catcilku

Terima kasih sudah membaca postingan di blog catcilku.com. Semoga dapat memberi pencerahan dan bermanfaat buat Anda.

47 Tanggapan

  1. Saya sih kurang familiar ya dengan yang namanya TPE ini. Kalau menurut saya nih, harusnya sekarang ini sistem seperti itu sudah semakin banyak digunakan ya. Cuma mungkin kalau harus mengisi nopol, jam masuk, apalagi perkiraan jam keluar, itu agak repot juga. Mungkin bisa dibuat secara otomatis semua dibaca oleh sistem atau jika demi keamanan bisa dibuat seminimal mungkin melakukan proses input. Apa ini mirip dengan gate akses tol atau parkir di mall/gedung saat ini ya?

  2. Semoga dengan adanya sistem mesin parkir ini dapat mengurangi parkir2 liar yang sering ditemukan di Jakarta ataupun daerah-daerah yang lainnya.

  3. Sebenarnya TPE ini bagus bagi pengguna parkir seperti saya. Hanya saja, saat ini terutama di kota Bandung, sudah tidak berfungsi lagi. begitu pun di Jakarta ya. Iya. TPE ini jadi saingan tukang parkir liar dan pengelola swasta. Terlebih di Jakarta skrg banyak lahan-lahan parkir yang dikelola swasta lebih mengakar dan bercecabang. Ya. hemat saya, Dishub atau pemerintah belum bisa tegas dalam membuat peraturan mengenai parkir, terutama penggunaan TPE ini.

  4. Kalau saya ketemu dengan mesin itu biasanya disertai dengan palang pintu, jadi kalau mau masuk mau tidak mau menggunakan, karena kalau tidak digunakan ya tidak bisa masuk karena terhalang palang pintunya.

    Nah yang bikin agak repot memang kalau di pintu keluarnya tidak ada penjaga yang berjaga, kadang suka lupa bawa e-money untuk bayarnya, kadang juga suka ilang karcisnya. Saya pertama kali menemukan mesin parkir ini di stasiun kereta api.

    1. Kalau yang pakai palang sepertinya saya belum nemu. Mungkin hanya mirip ya. Karena fungsi mesin TPE ini untuk parkir mandiri. Jadi tidak perlu penjaga, tinggal kitanya sebagai konsumen harus menyiapkan KUE 😁

      1. Semoga segera ada evaluasi dari pemerintah biar parkiran tertata. Saya sebenernya lebih seneng kalo pemerintah bisa tegas mendorong masyarakatnya mengurangi pemakaian kendaraan pribadi & mengutamakan pemakaian transportasi umum sih. Biar apa? salah satunya ya biar bisa mengurangi kesemrawutan parkir kendaraan

  5. Sebenernya idenya bagus ya, cuma butuh waktu untuk adaptasinya. Pengelolaannya juga agak dipertanyakan. Paragraf kedua terakhir setuju banget, keberadaannya gak disadari, sekarang hancur juga gak ada yang pedulii, sayang banget ya.

  6. Setuju banget sama paragraf terakhir. Sayang banget yaa kalau terbengkalai begitu saja, dan akhirnya jadi seonggok barang tanpa manfaat. Padahal dulu dibeli pakai anggaran yang pasti gak kecil.

  7. Sebenarnya TPE kayak gini tujuannya untuk memudahkan para pengguna parkir. Sayangnya mungkin kurang tersosialisasi dengan baik, plus memang masih banyak yang gagap teknologi. Sayang sekali sampai terabaikan gini. Semoga ke depannya bisa berfungsi lebih maksimal

  8. di tempatku sih belum ada mesin terminal parkir elektronik, tapi kalau melihat keberadaannya di luar negeri sepertinya sangat berguna. Kembali pada kebiasaan dan perilaku pengguna sih. Kalau sudah biasa tertib pasti bakalan lebih baik. Semoga ngga sekedar menghabiskan anggaran ya

      1. Beberapa kali melihat tidak terpakainya mesin parkir ini. Sampai usang dan bahkan tercorat coret.
        Memang teknologi perlu diiringi dengan kesadaran masyarakat yang seimbang. Sehingga keberadaan teknologi maupun kebijakan baik dapat diterapkan secara berkelanjutan dan tidak menjadi satu hal yang mubazir

  9. Kalo bicara soal fasilitas umum seprti lahan parkir emang rada susah karena bukan hanya soal fasilitas tapi juga usernya perlu diedukasi. Meski ada fasilitas tapi tidak bisa dipakai ya sama aja ujungnya.

    Yang menarik sebenarnya tentang penggunaan E-Money yang belakangan mulai menjadi hal biasa dan hampir semua orang sudah mulai beralih menggunakannya.

    Sekarang memang baru untuk Tol dan kebutuhan layanan resmi lain, kedepannya mungkin bisa untuk kegiatan lain seperti belanja dll mengingat Bank Indonesia juga terus berbenah dan mensosialisasikan digitalisasi keuangan di Indonesia.

  10. Maunya kayak di luar negeri ya, TPE berjejer, pengalaman saat tinggal di Amerika 15 tahun lalu, di kota besarnya ya pakai sistem seperti ini, rapi semua bayar kalau enggak ya bakal kena tilang yang dikirim ke rumah.
    Sayang kalau anggaran besar tapi akhirnya terbengkalai mesinnya. Jujur saya juga belum pernah pakai ini di Jakarta. Setiap parkir lebih pilih di dalam gedung atau komplek ruko gitu lebih aman daripada di pinggir jalan.
    Semoga sih bisa difungsikan lagi dan disosialisasikan penggunaannya pada masyarakat umum.

  11. Sepertinya memang perlu pembenahan di segala sisi. Kalau udah ada mesin ini kan kelihatannya gak perlu tukang parkir. Ya, saya membayangkan seperti kalau lihat di beberapa film luar. Sosialisasinya berasa kurang banget.

  12. Alhamdulillah dapat informasi baru dari blog ini. Terkait parkir memang runyam sih Bang di Indonesia ini😁.

    Tapi mesin TPE ini juga Teddy baru tahu loh, sebenarnya ini sangat membantu kalau dimaksimalkan penggunaannya, terutama soal penempatan dan edukasi ke para penggunanya.

    Apalagi harus bayar menggunakan E-Money, Terima Kasih ya Bang/Kak.

  13. Literasi kebanyakan orang Indonesia sih yang menurutku kurang. Ditambah budaya malasnya dan lebih suka yang instan itu loh. PR banget nih buat seluruh elemen masyarakat untuk gotong royong bareng-bareng jadi cerdas

    1. Iya resmi. Kadang suka sebal dengan para tukang parkir liar ini. Tapi saya juga kepikiran, kalau mesin ini diperbaiki gimana nasib para juru parkirnya ya 🤭😅

  14. Oh, baru tau aku malahan ternyata Jakarta udah punya mesin TPE ya, dulu pernah 3 tahun kuliah di sini tapi mungkin karena tidak punya kendaraan pribadi dan selalu pakai ojek online, gak pernah memperhatikan hal ini kali ya

  15. Baru tahu malah kalau di Indonesia tepatnya di Jakarta ada TPE seperti ini. Idenya sih bagus, mau contoh negara-negara Eropa kaya Amerika atau Inggris gitu. Tapi sebelum contoh ya, ada baiknya sosialisasi dulu ya, terus dipertimbangkan juga tingkat keberhasilannya. Sayang banget kalau kek gini jadi ngambur-ngamburin anggaran dana daerah saja.

  16. Aku malah baru tahu tentang TPE di Jakarta loh. Ketinggalan info ya? Sayang sekali, jika sekarang mesin itu tidak difungsikan kembali. Semoga ada solusi terbaik untuk mengatasi masalah parkir liar di jakarta.

  17. Aku baru tau ada TPE setelah baca tulisan ini soalnya ga engeh sm wujudnya atau ga ada yg pake mesin ini. Bnyk yg cuma wacana sih di negara kita

    1. Iya mbak di Bandung ternyata ada juga ya. Saya beberapa kali ke sana tapi tidak ngeh. Nah terakhir, Selasa kemarin ke sana. Nasibnya ternyata sama dengan yang ada di Jakarta 🤭

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

catcilku.com

Hai selamat datang di blog catcilku. Blog ini adalah catatan kecilku untuk saling berbagi macam-macam cerita dan cita. Semoga bermanfaat

- Titi Bdy -

PROGRAM
Peserta BRT Network Growth Organic Periode April - Agustus 2024
KOMUNITAS

Copyright ©dinti 2024 | All Rights Reserved